skip to main | skip to sidebar


Wednesday, November 24, 2010

Bersedekah akan Menyehatkan Jiwa dan Raga

0 comments

Salah satu manfaat sedekah yang dapat dipetik pelakunya adalah kesembuhan dari berbagai penyakit jiwa dan raga. Dengan kata lain, sedekah adalah sebagai ikhtiar seseorang untuk mengobati penyakit yang selama ini tengah ia derita. Realita ini telah dipraktekkan oleh sejumlah orang yang telah terbukti khasiatnya.

Hal ini ditunjukkan oleh sebuah hadits “obatilah orang-orang sakit di antara kalian dengan sedekah” (HR Baihaqi). 

Ibnu Al Hajj berkata “Sedekah yang dimaksud disini ialah si sakit membeli dirinya dari Rabbnya dengan nilai yang ia anggap pantas untuk dirinya disisiNya. Sebuah keniscayaan bila sedekah mempunyai pengaruh terhadap kesembuhan, sebab Rasulullah SAW yang membawa informasi ini seseorang yang jujur, sedangkan yang di informasikan berasal dari Zat Yang Maha Mulia lagi Maha Memberi”.

Dikisahkan, seseorang bertanya kepada Ibnu Mubarak rahimahullah tentang luka bernanah di lututnya yang diderita selama tujuh tahun, dan para dokter telah angkat tangan menyerah mengobatinya. Ibnu Mubarak menyuruh orang itu untuk menggali sumur di tempat orang membutuhkan air, ia berkata “Saya berharap ada mata air yang mengalir dari sumur tersebut sehingga darah tidak keluar lagi dari tubuhmu”.

Kisah lain adalah apa yang menimpa Abu Abdullah Hakim, penyusu kitab Al Mustadrak. Di wajahnya pernah muncul luka-luka dan tak kunjung sembuh hingga kurang lebih satu tahun. Ia meminta doa kepada ahli kebaikan dan mereka pun banyak berdoa memohon kesembuhannya. Kemudian ia bersedekah kepada kaum muslimin, yakni dengan menyediakan air minum untuk umum di depan rumahnya, orang-orang bisa minum sepuasnya. Belum genap satu pekan tanda-tanda kesembuhan mulai terlihat, luka-lukanya menghilang dan wajahnya kembali pulih bahkan lebih tampan dari sebelumnya.

Fenomena ini sebagaimana yang dikatakan oleh Al Munawi telah dipraktekkan oleh orang-orang yang beruntung (yakni berobat dengan bersedekah) dan mereka menemukan bahwa obat spiritual mampu melakukan apa yang tidak mampu dilakukan obat medis. Tidak ada yang menyangkal fenomena ini kecuali orang yang mata hatinya telah tertutup.

Selain itu sedekah juga mampu mengobati penyakit hati, yaitu kikir. Sebab secara fitrah manusia mencintai hartanya. Banyak ayat yang menunjukkan betapa besar kecintaan manusia terhadap harta benda. Dengan bersedekah pada hakikatnya seseorang tengah mengikis sifat kikir yang mungkin saja selama ini bersemayam dalam dirinya. Sebelum bersedekah dalam dirinya berseteru antara dua sifat yang bertolak belakang yaitu kikir dan keinginan ingin berbagi kepada sesama, sekaligus ingin memberangus sifat bakhil. Bila ia mampu mengalahkan kekikiran yang ada dalam dirinya maka ia mendapatkan keberuntungan.

Inilah yang telah disampaikan oleh Allah SWT dalam firmannya “Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung” (QS Al Hasyr ayat 9).

Resep menghindari keburukan dengan sedekah pernah dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW sendiri, yaitu ketika terjadi gerhana. Telah kita ketahui bersama bahwa gerhana adalah salah satu tanda kebesaran Allah. Ketika orang-orang kebingungan menyaksikan peristiwa gerhana matahari,

Rasulullah SAW bersabda “Maka apabila kalian menyaksikan peristiwa tersebut berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, dirikanlah sholat dan bersedekahlah” (HR Bukhari).

Ibnu Daqiq Al`id  berkata ketika menjelaskan hadits ini “Di dalam hadits ini terdapat dalil tentang anjuran memberi sedekah pada peristiwa menakutkan guna menolak bencana yang dikhawatirkan akan menimpa”.
Mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat adalah dambaan setiap muslim. Hal ini terlihat secara nyata dalam doa yang sering kali dilantunkan dan tidak bosan-bosannya dipanjatkan kepada Zat Yang Maha mengbulkan doa. Sering kali doa ini disebut-sebut sebagai doa sapu jagad yang mengindikasikan kandungannya yang meliputi segalanya.

Doa inilah yang paling sering dilantunkan Nabi Muhammad SAW “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka

Sedekah adalah satu sarana untuk mewujudkan cita-cita di atas, yaitu meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Ini membuktikan bahwa sedekah merupakan sarana luar biasa dalam perjalanan seorang muslim guna mewujudkan cita-citanya serta meraih keselamatan di dunia dan akhirat, baik selamat dari mara bahaya maupun hal-hal yang tidak diinginkan.

Dalam hadits Rafi` bin Khudaij dengan sanad marfu` disebutkan “Sedekah itu menutup tujuh puluh pintu keburukan” (HR Thabrani).

*Source Kisah Islami

Tak Perlu Berduka Karena Sedikitnya Harta

0 comments

Rezeki merupakan salah satu nikmat Allah, sekaligus amanah yang cukup berat dari Allah. Acap kali ketika seseorang mendapatkan rezeki mereka lupa diri, terkunci hatinya untuk bersyukur atas anugerah Allah tersebut. Allah memperingatkan bahaya bagi orang yang tidak memanfaatkan rezeki sesuai syariatNya

Dan jika Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hambaNya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendakiNya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hambNya lagi Maha Melihat “(QS Asy Syura ayat 42)

Sungguh rezeki itu merupakan tanda kasih dan kemurahan Allah. Betapa Allah memberikan kepada setiap makhlukNya curahan rezeki.

Dalam hal ini Allah berfirman “Dan tidak ada satu binatang melata pun di bumi melainkan Allah lah yang memberikan rezekinya” (QS Hud ayat 6). 

Artinya tidak ada binatang melata di muka bumi ini yang Allah tidak menentukan rezekinya, dan tidak ada jiwa yang mati melainkan dia telah memakan makanan terakhir yang ditakdirkan atasnya. Manusia dalam memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya harus berusaha mencari rezeki dengan cara halal. Jika dia telah berusaha tetapi masih mendapat kekurangan jangan sampai ada pikiran untuk mencarinya dengan cara yang haram. Sebaik-baik cara menghadapi kekurangan ini adalah bersabar dan tetap bersyukur kepadaNya.

Dalam menyikapi kemiskinan dan kekayaan Rasulullah SAW telah memberikan penilaian yang mungkin tidak pernah terbetik dalam benak kita. Sebuah standard yang berorientasi jauh ke depan, bukan terpancang pada hal-hal yang tampak belaka.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a dari Nabi Muhammad SAW beliau bersabda “Bukanlah kaya itu karena banyaknya harta tapi kaya itu adalah kaya jiwa” (HR Bukhari dan Muslim)

Dengan sedikit harta, hidup seseorang tak mesti sengsara. Orang yang bergelimang harta pun hidupnya belum tentu bahagia. Kenyataannya banyak orang kaya raya hidupnya merana. Lihatlah para artis yang mati sia-sia karena menghabisi jiwanya atau para pengusaha yang menderita gangguan jiwa. Mereka bukanlah orang-orang yang kekurangan harta. Tapi karena satu hal,yaitu mereka tidak bahagia !

Itu berarti bahagia dan sengsara tidak mutlak tergantung pada harta, tetapi lebih pada hati. Hati yang dipenuhi rasa syukur kepada Allah terhadap apa pun dan berapa pun pemberian Allah. Lihatlah orang yang paling mulia, Rasulullah SAW.

Istri beliau, Aisyah r.a menceritakan kondisi rumah tangga beliau, ia mengatakan “Keluarga Muhammad SAW sejak awal tiba di Madinah tidak pernah sampai merasakan kenyang karena menyantap hidangan dari gandum halus selama tiga malam berturut-turut sampai beliau meninggal”.

Beliau SAW memiliki tikar yang terbuat dari kulit dan tilam dari serabut. Dalam beberapa malam berturut-turut beliau dan keluarga pernah tidak mendapatkan makan malam. Rotinya pun terbuat dari gandum yang kasar. Pernah tiga kali hilal dalam dua bulan berturut-turut dari dapur beliau tidak terlihat kepulan asap. Makanan beliau SAW terbuat dari dua jenis yang berwarna hitam; kurma dan air.

Potret lain yang ikut mewarnai dunia kesahajaan adalah Umar bin Khattab r.a. Ia seorang Khalifah kaum muslimin. Meski begitu pakaian beliau dipenuhi dengan dua belas tambalan. Suatu hari pernah Khalifah Umar agak terlambat menghadiri shalat Jumat karena mencuci bajunya dan tidak memiliki baju yang lain yang dapat digunakan untuk shalat Jumat selain baju itu. Rumahnya hanya sebuah gubuk. Namun ia mampu mengguncang istana Kisra dari Persia.

Allah SWT berfirman “Dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)” (QS Luqman ayat 17).

Dalam ayat lain Allah menyampaikan bahwa kekurangan harta adalah salah satu bentuk ujian yang seharusnya disikapi dengan kesabaran. Allah SWT berfirman “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS Al Baqarah ayat 155)

Pada ayat ini Allah menegaskan bahwa Dia akan menguji hambanya sepanjang hidup mereka dengan rasa takut,kemiskinan dan sebagainya. Dengan demikian akan tampak mana hamba Allah yang taat dan mana pula yang kufur. Tentunya hamba Allah yang teguh dalam ketaatan kepadaNya akan mendapatkan kabar gembira. Lantas apa wujud dari kabar gembira tersebut ?

Kabar gembira yang telah dijanjikan oleh Allah bagi orang-orang yang bersabar menjalani ujian kehidupan ini adalah sebagaimana yang tertera dalam firman Allah

Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala tanpa batas” (QS Az Zumar ayat 10)

 *Source Kisah Islami

Tuesday, November 16, 2010

Kisah Bidadari Ainaa’ Ul Mardhiyah

0 comments

AbuLaits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdul Wahid bin Zaid: "Pada suatu hari ketika kami di dalam satu majlis persiapan untuk pergi berjihad, aku memerintahkan kawan-kawanku untuk mula keluar ke medan peperangan pada hari Isnin, lalu seorang dari kami membaca ayat 11surah Attaubah yang bermaksud:

"Sungguh Allah SWT telah membeli darikaum Mukminin jiwa dan harta mereka dengan dibayar syurga".

Didalam majlis itu ada seorang pemuda yang berumur 15 tahun. Beliau yangbaru kematian bapanya telah menerima harta waris yang banyak telah berkata:

"Ya Abdul Wahid, aku bersaksikan padamu untuk menjualkan diri dan hartaku untuk mendapatkan syurga itu".

Aku berkata padanya: "Sungguh berat untuk menghadapi tajamnya pedang itu sedangkan kamu masih kanak-kanak, aku takut kamu tidak tabah, juga tidak sabar untuk menghadapinya sehingga tidak kuat meneruskan penjualan itu".

Pemuda itu lantas berkata: " Wahai Abdul Wahid, apakah aku akan lemah kalau aku menjualkan diriku pada Allah SWT? Aku persaksikan padamu sekali lagi bahawa aku telah menjualkan diriku pada Allah SWT. Kami tidak merasa kananak kecil tidak boleh berbuat demikian".

Maka pemuda itu menyerahkan semua hartanya yang ada kecuali pedang, kuda dan sedikit bekalan untuk ke medan peperangan. Bila tiba hari Isnin, beliaulah orangyang pertama sampai untuk berangkat ke perbatasan dan mengucap salam kepada ku:

"Assalamualaikum ya Abdul Wahid"

Aku menjawab: "Waalaikassalam warahmat Allah wabarakaatuh. Semoga Allah SWT memberi keuntungan dalam jualanmu itu."

Ketika perjalanan, pemuda itu berpuasa di siang hari dan bangun sembahyang serta menjaga keselamatan kami di waktu malam. Beliau jugalah yang menjaga ternakan yang kami bawa sambil melayani keperluan kami di siang hari.

Ketika sampai disempadan negeri Rum, tiba-tiba pada suatu hari selepas waktu Asar, pemuda itu datang meluru sambil menyeru:

"Alangkah rindunya aku akan Ainaa’ ul Mardhiyah". Ramai di antara kami menyangka pemuda itu mengalami ganguan saraf ingatan.

Lalu aku menyambut kedatangannya seraya bertanya: "Wahai kesayanganku, apakah itu Ainaa’ul Mardhiyah?"

Lantas beliau menjawab: "Tadi aku tertidur sebentar. Aku bermimpi seseorang datang kepadaku seraya berkata, mari aku bawa kamubertemu Ainaa’ ul Mardhiyah. Aku dibawa ke satu taman yang sangat cantik. Di situ ada sungai yang airnya sangat jernih. Aku melihat ramai gadis yang kecantikan mereka tidak dapat aku gambarkan, lengkap denganperhiasan sedang bermain di taman itu.

Apabila mereka menyedari kehadiranku, dengan wajah teramat gembira mereka berkata Demi Allah, itulah suami Ainaa’ ul Mardhiyah. Lantas aku memberikan salam kepada mereka, Assalamualaikunna, apakah di sini tempat Ainaa’ ul Mardhiyah?

Mereka menjawab salamku dan berkata tidak, kami hanyalah budak dan pelayannya, majulah kamu ke depan lagi."

Pemuda itu meneruskan ceritanya: "Akupun meneruskan perjalananku sehingga sampai ke satu taman yang ada sungai susu yang tidak berubah rasa. Kehadiranku disambut oleh sekumpulan gadis yang lebih cantik dari yang pernah kulihat sebelum mereka.

Mereka berkata, Demi Allah lihatlah, suami Ainaa’ul Mardhiyah sudah sampai. Akupun mengucapkan salam kepada mereka lantas bertanya, apakah ada di antara kamu ini Ainaa’ ul Mardhiyah?

Sesudah menjawab salamku mereka berkata yang mereka adalah budak serta pelayan-pelayan Ainaa’ ul Mardhiyah. Mereka meminta agar aku meneruskan perjalananku."

Pemuda itu berkata lagi: "Aku meneruskan perjalananku sehingga sampai ke satu lembah yang ada sungai khamar pula. Di situ ramai gadis sedang bersuka ria, yang mana mereka lebih cantik sehingga menyebabkan aku lupa akan kecantikan gadis yang aku lihat sebelum mereka. Aku pun mengucap Assalamualaikunna, apakah adapada kamu Ainaa’ ul Mardhiyah?

Mereka juga berkata tidak, kami hanyalah budak dan pelayannya, teruskan perjalanan kamu ke hadapan."

Pemuda itu menyambung cerita: "Tiba-tiba aku bertemu pula dengan sungai madu di dalam satu kebun. Ku lihat kebun itu dipenuhi dengan ramai gadis yang bagaikan cahaya dalam kecantikan mereka. Aku mengucap Assalamualaikunna, apakah di sini ada Ainaa’ ul Mardhiyah?

Merekamenjawab Ya Wali Allah, kami hanyalah budak serta pelayannya sahaja.Majulah kamu ke hadapan".

Pemuda itu mengakhirkan cerita: "Aku pun meneruskan perjalanan. Tiba-tiba aku sampai pada satu kemah yang diperbuat dari permata yang berlubang. Ku lihat ada seorang gadisyang lebih cantik dari sebelumnya sedang menjaga pintu kemah tersebut.

Setelah ia melihat akan kehadiranku, dengan nada gembira ia berseru, wahai Ainaa’ ul Mardhiyah, suami kamu sudah sampai. Dengan rasa penuh rindu, akupun meluru masuk ke dalam kemah berkenaan. Di dalam kemah itu ada satu tempat tidur yang diperbuat dari emas yang bertaburan permata yakut serta berlian.

Sungguh aku terpesona bila ku lihat akan kehadiran seorang gadis yang sangat cantik rupawan, menatap aku dalam senyuman duduk di atas tempat tidur berkenaan. Dengan alunan suara merdu ia menyambut aku dengan kalimat, Marhaban bi waliyir Rahman, sudah terlaluhampir saat pertemuan kita.

Aku ingin mendakapnya. Tapi Ainaa’ ulMardhiyah lantas berkata kepadaku, sabarlah dahulu wahai kekandaku kerana belum tiba masanya, kamukan masih hidup di alam dunia. Nantibila malam kamu akan berbuka puasa di sini InsyaAllah. Kemudian aku pun tersedar dari tidurku. Wahai Abdul Wahid, aku rasa tidak sabar lagi…"

Abdul Wahid berkata: "Belum sempat pemuda itu menghabiskan ceritanya, tiba-tiba kami diserang oleh pasukan musuh. Bersama pemuda itu kami melakukan serangan balas terhadap pasukan musuh berkenaan. Setelah ia berjaya membunuh sembilan orang kafir, akhirnya ku lihat pemuda itu rebah Akupun segera pergi ke arahnya.

Dalam keadaan tubuhnya yang berlumuran darah, ku lihat pemuda itu dalam keadaan tersenyum sehinggalah ia meninggal dunia."

Wallahu'alam.


ShareThis

 

Kisah Kisah Islam Copyright © 2011 | Template created by O Pregador | Powered by Blogger