skip to main | skip to sidebar


Wednesday, November 24, 2010

Bersedekah akan Menyehatkan Jiwa dan Raga

0 comments

Salah satu manfaat sedekah yang dapat dipetik pelakunya adalah kesembuhan dari berbagai penyakit jiwa dan raga. Dengan kata lain, sedekah adalah sebagai ikhtiar seseorang untuk mengobati penyakit yang selama ini tengah ia derita. Realita ini telah dipraktekkan oleh sejumlah orang yang telah terbukti khasiatnya.

Hal ini ditunjukkan oleh sebuah hadits “obatilah orang-orang sakit di antara kalian dengan sedekah” (HR Baihaqi). 

Ibnu Al Hajj berkata “Sedekah yang dimaksud disini ialah si sakit membeli dirinya dari Rabbnya dengan nilai yang ia anggap pantas untuk dirinya disisiNya. Sebuah keniscayaan bila sedekah mempunyai pengaruh terhadap kesembuhan, sebab Rasulullah SAW yang membawa informasi ini seseorang yang jujur, sedangkan yang di informasikan berasal dari Zat Yang Maha Mulia lagi Maha Memberi”.

Dikisahkan, seseorang bertanya kepada Ibnu Mubarak rahimahullah tentang luka bernanah di lututnya yang diderita selama tujuh tahun, dan para dokter telah angkat tangan menyerah mengobatinya. Ibnu Mubarak menyuruh orang itu untuk menggali sumur di tempat orang membutuhkan air, ia berkata “Saya berharap ada mata air yang mengalir dari sumur tersebut sehingga darah tidak keluar lagi dari tubuhmu”.

Kisah lain adalah apa yang menimpa Abu Abdullah Hakim, penyusu kitab Al Mustadrak. Di wajahnya pernah muncul luka-luka dan tak kunjung sembuh hingga kurang lebih satu tahun. Ia meminta doa kepada ahli kebaikan dan mereka pun banyak berdoa memohon kesembuhannya. Kemudian ia bersedekah kepada kaum muslimin, yakni dengan menyediakan air minum untuk umum di depan rumahnya, orang-orang bisa minum sepuasnya. Belum genap satu pekan tanda-tanda kesembuhan mulai terlihat, luka-lukanya menghilang dan wajahnya kembali pulih bahkan lebih tampan dari sebelumnya.

Fenomena ini sebagaimana yang dikatakan oleh Al Munawi telah dipraktekkan oleh orang-orang yang beruntung (yakni berobat dengan bersedekah) dan mereka menemukan bahwa obat spiritual mampu melakukan apa yang tidak mampu dilakukan obat medis. Tidak ada yang menyangkal fenomena ini kecuali orang yang mata hatinya telah tertutup.

Selain itu sedekah juga mampu mengobati penyakit hati, yaitu kikir. Sebab secara fitrah manusia mencintai hartanya. Banyak ayat yang menunjukkan betapa besar kecintaan manusia terhadap harta benda. Dengan bersedekah pada hakikatnya seseorang tengah mengikis sifat kikir yang mungkin saja selama ini bersemayam dalam dirinya. Sebelum bersedekah dalam dirinya berseteru antara dua sifat yang bertolak belakang yaitu kikir dan keinginan ingin berbagi kepada sesama, sekaligus ingin memberangus sifat bakhil. Bila ia mampu mengalahkan kekikiran yang ada dalam dirinya maka ia mendapatkan keberuntungan.

Inilah yang telah disampaikan oleh Allah SWT dalam firmannya “Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung” (QS Al Hasyr ayat 9).

Resep menghindari keburukan dengan sedekah pernah dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW sendiri, yaitu ketika terjadi gerhana. Telah kita ketahui bersama bahwa gerhana adalah salah satu tanda kebesaran Allah. Ketika orang-orang kebingungan menyaksikan peristiwa gerhana matahari,

Rasulullah SAW bersabda “Maka apabila kalian menyaksikan peristiwa tersebut berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, dirikanlah sholat dan bersedekahlah” (HR Bukhari).

Ibnu Daqiq Al`id  berkata ketika menjelaskan hadits ini “Di dalam hadits ini terdapat dalil tentang anjuran memberi sedekah pada peristiwa menakutkan guna menolak bencana yang dikhawatirkan akan menimpa”.
Mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat adalah dambaan setiap muslim. Hal ini terlihat secara nyata dalam doa yang sering kali dilantunkan dan tidak bosan-bosannya dipanjatkan kepada Zat Yang Maha mengbulkan doa. Sering kali doa ini disebut-sebut sebagai doa sapu jagad yang mengindikasikan kandungannya yang meliputi segalanya.

Doa inilah yang paling sering dilantunkan Nabi Muhammad SAW “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka

Sedekah adalah satu sarana untuk mewujudkan cita-cita di atas, yaitu meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Ini membuktikan bahwa sedekah merupakan sarana luar biasa dalam perjalanan seorang muslim guna mewujudkan cita-citanya serta meraih keselamatan di dunia dan akhirat, baik selamat dari mara bahaya maupun hal-hal yang tidak diinginkan.

Dalam hadits Rafi` bin Khudaij dengan sanad marfu` disebutkan “Sedekah itu menutup tujuh puluh pintu keburukan” (HR Thabrani).

*Source Kisah Islami

Tak Perlu Berduka Karena Sedikitnya Harta

0 comments

Rezeki merupakan salah satu nikmat Allah, sekaligus amanah yang cukup berat dari Allah. Acap kali ketika seseorang mendapatkan rezeki mereka lupa diri, terkunci hatinya untuk bersyukur atas anugerah Allah tersebut. Allah memperingatkan bahaya bagi orang yang tidak memanfaatkan rezeki sesuai syariatNya

Dan jika Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hambaNya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendakiNya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hambNya lagi Maha Melihat “(QS Asy Syura ayat 42)

Sungguh rezeki itu merupakan tanda kasih dan kemurahan Allah. Betapa Allah memberikan kepada setiap makhlukNya curahan rezeki.

Dalam hal ini Allah berfirman “Dan tidak ada satu binatang melata pun di bumi melainkan Allah lah yang memberikan rezekinya” (QS Hud ayat 6). 

Artinya tidak ada binatang melata di muka bumi ini yang Allah tidak menentukan rezekinya, dan tidak ada jiwa yang mati melainkan dia telah memakan makanan terakhir yang ditakdirkan atasnya. Manusia dalam memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya harus berusaha mencari rezeki dengan cara halal. Jika dia telah berusaha tetapi masih mendapat kekurangan jangan sampai ada pikiran untuk mencarinya dengan cara yang haram. Sebaik-baik cara menghadapi kekurangan ini adalah bersabar dan tetap bersyukur kepadaNya.

Dalam menyikapi kemiskinan dan kekayaan Rasulullah SAW telah memberikan penilaian yang mungkin tidak pernah terbetik dalam benak kita. Sebuah standard yang berorientasi jauh ke depan, bukan terpancang pada hal-hal yang tampak belaka.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a dari Nabi Muhammad SAW beliau bersabda “Bukanlah kaya itu karena banyaknya harta tapi kaya itu adalah kaya jiwa” (HR Bukhari dan Muslim)

Dengan sedikit harta, hidup seseorang tak mesti sengsara. Orang yang bergelimang harta pun hidupnya belum tentu bahagia. Kenyataannya banyak orang kaya raya hidupnya merana. Lihatlah para artis yang mati sia-sia karena menghabisi jiwanya atau para pengusaha yang menderita gangguan jiwa. Mereka bukanlah orang-orang yang kekurangan harta. Tapi karena satu hal,yaitu mereka tidak bahagia !

Itu berarti bahagia dan sengsara tidak mutlak tergantung pada harta, tetapi lebih pada hati. Hati yang dipenuhi rasa syukur kepada Allah terhadap apa pun dan berapa pun pemberian Allah. Lihatlah orang yang paling mulia, Rasulullah SAW.

Istri beliau, Aisyah r.a menceritakan kondisi rumah tangga beliau, ia mengatakan “Keluarga Muhammad SAW sejak awal tiba di Madinah tidak pernah sampai merasakan kenyang karena menyantap hidangan dari gandum halus selama tiga malam berturut-turut sampai beliau meninggal”.

Beliau SAW memiliki tikar yang terbuat dari kulit dan tilam dari serabut. Dalam beberapa malam berturut-turut beliau dan keluarga pernah tidak mendapatkan makan malam. Rotinya pun terbuat dari gandum yang kasar. Pernah tiga kali hilal dalam dua bulan berturut-turut dari dapur beliau tidak terlihat kepulan asap. Makanan beliau SAW terbuat dari dua jenis yang berwarna hitam; kurma dan air.

Potret lain yang ikut mewarnai dunia kesahajaan adalah Umar bin Khattab r.a. Ia seorang Khalifah kaum muslimin. Meski begitu pakaian beliau dipenuhi dengan dua belas tambalan. Suatu hari pernah Khalifah Umar agak terlambat menghadiri shalat Jumat karena mencuci bajunya dan tidak memiliki baju yang lain yang dapat digunakan untuk shalat Jumat selain baju itu. Rumahnya hanya sebuah gubuk. Namun ia mampu mengguncang istana Kisra dari Persia.

Allah SWT berfirman “Dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)” (QS Luqman ayat 17).

Dalam ayat lain Allah menyampaikan bahwa kekurangan harta adalah salah satu bentuk ujian yang seharusnya disikapi dengan kesabaran. Allah SWT berfirman “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS Al Baqarah ayat 155)

Pada ayat ini Allah menegaskan bahwa Dia akan menguji hambanya sepanjang hidup mereka dengan rasa takut,kemiskinan dan sebagainya. Dengan demikian akan tampak mana hamba Allah yang taat dan mana pula yang kufur. Tentunya hamba Allah yang teguh dalam ketaatan kepadaNya akan mendapatkan kabar gembira. Lantas apa wujud dari kabar gembira tersebut ?

Kabar gembira yang telah dijanjikan oleh Allah bagi orang-orang yang bersabar menjalani ujian kehidupan ini adalah sebagaimana yang tertera dalam firman Allah

Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala tanpa batas” (QS Az Zumar ayat 10)

 *Source Kisah Islami

Tuesday, November 16, 2010

Kisah Bidadari Ainaa’ Ul Mardhiyah

0 comments

AbuLaits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdul Wahid bin Zaid: "Pada suatu hari ketika kami di dalam satu majlis persiapan untuk pergi berjihad, aku memerintahkan kawan-kawanku untuk mula keluar ke medan peperangan pada hari Isnin, lalu seorang dari kami membaca ayat 11surah Attaubah yang bermaksud:

"Sungguh Allah SWT telah membeli darikaum Mukminin jiwa dan harta mereka dengan dibayar syurga".

Didalam majlis itu ada seorang pemuda yang berumur 15 tahun. Beliau yangbaru kematian bapanya telah menerima harta waris yang banyak telah berkata:

"Ya Abdul Wahid, aku bersaksikan padamu untuk menjualkan diri dan hartaku untuk mendapatkan syurga itu".

Aku berkata padanya: "Sungguh berat untuk menghadapi tajamnya pedang itu sedangkan kamu masih kanak-kanak, aku takut kamu tidak tabah, juga tidak sabar untuk menghadapinya sehingga tidak kuat meneruskan penjualan itu".

Pemuda itu lantas berkata: " Wahai Abdul Wahid, apakah aku akan lemah kalau aku menjualkan diriku pada Allah SWT? Aku persaksikan padamu sekali lagi bahawa aku telah menjualkan diriku pada Allah SWT. Kami tidak merasa kananak kecil tidak boleh berbuat demikian".

Maka pemuda itu menyerahkan semua hartanya yang ada kecuali pedang, kuda dan sedikit bekalan untuk ke medan peperangan. Bila tiba hari Isnin, beliaulah orangyang pertama sampai untuk berangkat ke perbatasan dan mengucap salam kepada ku:

"Assalamualaikum ya Abdul Wahid"

Aku menjawab: "Waalaikassalam warahmat Allah wabarakaatuh. Semoga Allah SWT memberi keuntungan dalam jualanmu itu."

Ketika perjalanan, pemuda itu berpuasa di siang hari dan bangun sembahyang serta menjaga keselamatan kami di waktu malam. Beliau jugalah yang menjaga ternakan yang kami bawa sambil melayani keperluan kami di siang hari.

Ketika sampai disempadan negeri Rum, tiba-tiba pada suatu hari selepas waktu Asar, pemuda itu datang meluru sambil menyeru:

"Alangkah rindunya aku akan Ainaa’ ul Mardhiyah". Ramai di antara kami menyangka pemuda itu mengalami ganguan saraf ingatan.

Lalu aku menyambut kedatangannya seraya bertanya: "Wahai kesayanganku, apakah itu Ainaa’ul Mardhiyah?"

Lantas beliau menjawab: "Tadi aku tertidur sebentar. Aku bermimpi seseorang datang kepadaku seraya berkata, mari aku bawa kamubertemu Ainaa’ ul Mardhiyah. Aku dibawa ke satu taman yang sangat cantik. Di situ ada sungai yang airnya sangat jernih. Aku melihat ramai gadis yang kecantikan mereka tidak dapat aku gambarkan, lengkap denganperhiasan sedang bermain di taman itu.

Apabila mereka menyedari kehadiranku, dengan wajah teramat gembira mereka berkata Demi Allah, itulah suami Ainaa’ ul Mardhiyah. Lantas aku memberikan salam kepada mereka, Assalamualaikunna, apakah di sini tempat Ainaa’ ul Mardhiyah?

Mereka menjawab salamku dan berkata tidak, kami hanyalah budak dan pelayannya, majulah kamu ke depan lagi."

Pemuda itu meneruskan ceritanya: "Akupun meneruskan perjalananku sehingga sampai ke satu taman yang ada sungai susu yang tidak berubah rasa. Kehadiranku disambut oleh sekumpulan gadis yang lebih cantik dari yang pernah kulihat sebelum mereka.

Mereka berkata, Demi Allah lihatlah, suami Ainaa’ul Mardhiyah sudah sampai. Akupun mengucapkan salam kepada mereka lantas bertanya, apakah ada di antara kamu ini Ainaa’ ul Mardhiyah?

Sesudah menjawab salamku mereka berkata yang mereka adalah budak serta pelayan-pelayan Ainaa’ ul Mardhiyah. Mereka meminta agar aku meneruskan perjalananku."

Pemuda itu berkata lagi: "Aku meneruskan perjalananku sehingga sampai ke satu lembah yang ada sungai khamar pula. Di situ ramai gadis sedang bersuka ria, yang mana mereka lebih cantik sehingga menyebabkan aku lupa akan kecantikan gadis yang aku lihat sebelum mereka. Aku pun mengucap Assalamualaikunna, apakah adapada kamu Ainaa’ ul Mardhiyah?

Mereka juga berkata tidak, kami hanyalah budak dan pelayannya, teruskan perjalanan kamu ke hadapan."

Pemuda itu menyambung cerita: "Tiba-tiba aku bertemu pula dengan sungai madu di dalam satu kebun. Ku lihat kebun itu dipenuhi dengan ramai gadis yang bagaikan cahaya dalam kecantikan mereka. Aku mengucap Assalamualaikunna, apakah di sini ada Ainaa’ ul Mardhiyah?

Merekamenjawab Ya Wali Allah, kami hanyalah budak serta pelayannya sahaja.Majulah kamu ke hadapan".

Pemuda itu mengakhirkan cerita: "Aku pun meneruskan perjalanan. Tiba-tiba aku sampai pada satu kemah yang diperbuat dari permata yang berlubang. Ku lihat ada seorang gadisyang lebih cantik dari sebelumnya sedang menjaga pintu kemah tersebut.

Setelah ia melihat akan kehadiranku, dengan nada gembira ia berseru, wahai Ainaa’ ul Mardhiyah, suami kamu sudah sampai. Dengan rasa penuh rindu, akupun meluru masuk ke dalam kemah berkenaan. Di dalam kemah itu ada satu tempat tidur yang diperbuat dari emas yang bertaburan permata yakut serta berlian.

Sungguh aku terpesona bila ku lihat akan kehadiran seorang gadis yang sangat cantik rupawan, menatap aku dalam senyuman duduk di atas tempat tidur berkenaan. Dengan alunan suara merdu ia menyambut aku dengan kalimat, Marhaban bi waliyir Rahman, sudah terlaluhampir saat pertemuan kita.

Aku ingin mendakapnya. Tapi Ainaa’ ulMardhiyah lantas berkata kepadaku, sabarlah dahulu wahai kekandaku kerana belum tiba masanya, kamukan masih hidup di alam dunia. Nantibila malam kamu akan berbuka puasa di sini InsyaAllah. Kemudian aku pun tersedar dari tidurku. Wahai Abdul Wahid, aku rasa tidak sabar lagi…"

Abdul Wahid berkata: "Belum sempat pemuda itu menghabiskan ceritanya, tiba-tiba kami diserang oleh pasukan musuh. Bersama pemuda itu kami melakukan serangan balas terhadap pasukan musuh berkenaan. Setelah ia berjaya membunuh sembilan orang kafir, akhirnya ku lihat pemuda itu rebah Akupun segera pergi ke arahnya.

Dalam keadaan tubuhnya yang berlumuran darah, ku lihat pemuda itu dalam keadaan tersenyum sehinggalah ia meninggal dunia."

Wallahu'alam.


Tuesday, September 28, 2010

Rasulullah Mendatangi Kafilah Dagang

0 comments

Dari kejauhan gumpalan debu padang pasir membumbung ke langit. Debu-debu yang berterbangan itu dapat terlihat dari kejauhan bertanda ada satu rombongan kafilah akan datang mendekati kota Mekkah. Rasulullah s.a.w. melihat gumpalan debu dari kejauhan itu segera pulang ke rumah. Nabi Muhammad s.a.w. langsung menyiapkan perbekalan dan membungkusnya.

Setelah itu Rasulullah s.a.w. menunggu di pintu gerbang kota Mekkah. Kafilah itu rupanya tidak memasuki kota Mekkah mereka hendak menuju tempat lain. Rasulullah s.a.w. mendekati kafilah itu dan mencari pimpinan rombongan kafilah tersebut. Setelah berjumpa dengan pemimpin kafilah itu Rasulullah s.a.w.  meminta izin untuk dapat ikut serta di dalamrombongan tersebut. 

Beliau, Rasulullah s.a.w. telah diizinkan. Rasulullah s.a.w.  mulailah berdakwah kepada mereka, kepada setiap orang dalam rombongan itu Rasulullahs.a.w.  telah sampaikan kebesaran Allahs.w.t. dan mengajak mereka untuk menerima Islam. Setelah semua orang mendapat penjelasan dari Rasulullah s.a.w. , Rasulullahs.a.w. pun meminta izin kepada pimpinan rombongan untuk pulang kembali keMekkah. 

Rasulullah s.a.w. kembali ke kota Mekkah dengan berjalan kaki sedangkan kafilah tersebut telah melalui kota Mekkah sejauh satu hari satu malamperjalanan. Rasulullah s.a.w. hanya inginkan setiap orang memiliki kalimah Laalilaahaillallaah dan selamat dari adzab yang pedih kelak diakhirat.

*Source 1001 Kisah Teladan


Sunday, September 26, 2010

Gunung Menangis Takut Tergolong Batu Api Neraka

0 comments

Pada suatu hari Uqa'il bin Abi Thalib telah pergi bersama-sama dengan Nabi Muhammad s.a.w.. Pada waktu itu Uqa'il telah melihat berita ajaib yang menjadikan tetapi hatinya tetap bertambah kuat di dalam Islam dengan sebab tiga perkara tersebut.

Peristiwa pertama adalah, bahawa Nabi Muhammad s.a.w. akan mendatangi hajat yakni mebuang air besar dan di hadapannya terdapat beberapa batang pohon. Maka Baginda s.a.w. berkata kepada Uqa'il, "Hai Uqa'il teruslah engkau berjalan sampai ke pohon itu, dan katalah kepadanya, bahawa sesungguhnya Rasulullah berkata; "Agar kamu semua datang kepadanya untuk menjadi aling-aling atau penutup baginya, kerana sesungguhnyaBaginda akan mengambil air wuduk dan buang air besar."

Uqa'il pun keluar dan pergi mendapatkan pohon-pohon itu dan sebelum dia menyelesaikan tugas itu ternyata pohon-pohon sudah tumbang dari akarnya serta sudah mengelilingi di sekitar Baginda s.a.w. selesai dari hajatnya. Maka Uqa'il kembali ke tempat pohon-pohon itu.

Peristiwa kedua adalah, bahawa Uqa'il berasa haus dan setelah mencari air ke mana pun jua namun tidak ditemui. Maka Baginda s.a.w. berkata kepada Uqa'il bin Abi Thalib, "Hai Uqa'il, dakilah gunung itu, dan sampaikanlah salamku kepadanya serta katakan, "Jika padamu ada air, berilah aku minum!"

Uqa'il lalu pergilah mendaki gunung itu dan berkata kepadanya sebagaimana yang telah disabdakan Baginda s.a.w. itu. Maka sebelum ia selesai berkata, gunung itu berkata dengan fasihnya,"Katakanlah kepada Rasulullah, bahawa aku sejak Allahs.w.t.  menurunkan ayat yang bermaksud : 

("Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu beserta keluargamu dari (seksa) api neraka yang umpannya dari manusia dan batu)." "Aku menangis dari sebab takut kalau aku menjadi batu itu maka tidak ada lagi air padaku."

Peristiwa yang ketiga ialah, bahawa ketika Uqa'il sedang berjalan dengan Nabi Muhammad s.a.w., tiba-tiba ada seekor unta yang meloncat dan lari ke hadapan Rasulullahs.a.w., maka unta itu lalu berkata, "Ya Rasulullah, aku minta perlindungan darimu."

Unta masih belum selesai mengadukan halnya, tiba-tiba datanglah dari belakang seorang Arab kampung dengan membawa pedang terhunus. Melihat orang Arab kampung dengan membawa pedang terhunus, Nabi Muhammads.a.w. berkata, "Hendak apakah kamu terhadap unta itu ?"

Jawab orang kampungan itu, "Wahai Rasulullah, aku telah membelinya dengan harta yang mahal, tetapi dia tidak mahu taat atau tidak mau jinak, maka akan kupotong saja dan akan kumanfaatkan dagingnya (kuberikan kepada orang-orang yangmemerlukan)."

Nabi Muhammad s.a.w.bertanya, "Mengapa engkau menderhakai dia?"

Jawab unta itu, "Wahai Rasulullah, sungguh aku tidak menderhakainya dari satu pekerjaan, akan tetapi aku menderhakainya dari sebab perbuatannya yang buruk. Kerana kabilah yang dia termasuk di dalam golongannya, sama tidur meninggalkan solat Isya'. Kalau sekiranya dia mahu berjanji kepada engkau akan mengerjakan solat Isay' itu, maka aku berjanji tidak akan menderhakainya lagi. Sebab aku takut kalau Allah s.w.t.  menurunkan seksa-Nya kepada mereka sedang aku berada di antara mereka."

Akhirnya Nabi Muhammad s.a.w. mengambil perjanjian orang Arab kampung itu, bahawa dia tidak akan meninggalkan solat Isya'. DanBaginda Nabi Muhammad s.a.w. menyerahan unta itu kepadanya. Dan dia pun kembali kepada keluarganya.

*Source 1001 Kisah Teladan

Friday, September 24, 2010

Intelejen Dalam Perang Badar

0 comments

Perang Badar merupakan “purnama” dalam sejarah kemanusiaan yang menerangi jalan para penempuh jalan. Perang Badar merupakan “purnama” yang bersinar di langit dan dirayakan oleh para malaikat. Perang Badar merupakan “purnama” di bumi dan di kalangan para penduduknya.

Orang-orang yang ikut berperang benar-benar menjadi purnama yang cahayanya menerangi seluruh sisi kehidupan mereka. Perang Badar merupakan “purnama” dalam sejarah berbagai pembebasan militer. Bintang-bintangnya menerangi dengan berbagai pelajaran dan hikmah mereka. Perang Badar merupakan “purnama” dan garis pemisah antara kebenaran dan kebatilan. Juga menjadi mahkota kebanggaan di atas kepala zaman dan kepala setiap pahlawan Islam yang ikut serta di dalamnya. Di dalam masyarakat Islam tidak ada seorang pun yang dapat mengungguli keutamaan para mujahidin Badar.
 
Perang Badar dinilai sangat signifikan dalam aspek sejarah, kemiliteran, politik dan pemikiran karena ia merupakan pertarungan bersenjata yang pertama kali terjadi antara pembela kebenaran dengan pembela kebatilan. Pertarungan ini dinilai sangat menentukan karena di dalam pertarungan inilah ditentukan nasib Kaum Mukminin dan kaum kafir. Salah satu pernyataan Rasulullah SAW tentang peperangan ini mengisyaratkan urgensi pertempuran ini seandainya kaum Musyrikin berhasil mengalahkan kaum Mukminin. Nabi Muhammad SAW mengungkapkan doa dan munajat kepada Allah, memohon kemenangan yang dijanjikanNya

“Ya Allah, jika Engkau suka, Engkau tidak akan disembah setelah hari ini”

Bila kita membaca sirah Nabi SAW di dalam perang Badar dan semua peperangan yang pernah dilakukannya, pasti akan mengetahui betapa besar perhatian Nabi Muhammad SAW terhadap langkah intelejen untuk mendapatkan berbagai informasi tentang musuhnya dan perhitungan yang cermat terhadap semua gerak dan diam yang ditunjukkan oleh musuh. Oleh sebab itu Rasulullah SAW mengutus sejumlah pasukan kecil untuk menginvestigasi dan mengintai pasukan musuh. Biasanya sebelum keberangkatan pasukan, Nabi Muhammad SAW memberangkatkan satu pasukan kecil yang bertugas menjelajahi wilayah di depannya, sebagai langkah antisipasi terhadap serangan rahasia atau menghindari pengintaian dan pelacakan.

Dalam peperangan ini Rasulullah SAW menugaskan dua orang sahabat, Basbas bin Amir r.a dan Ady bin Abu Za`ba r.a untuk mencari informasi tentang Abu Sufyan hingga mendapatkan informasi tentang tempat keberadaannya. Keduanya mendengar informasi tersebut dari dua orang wanita dan dibenarkan oleh seorang tua bernama Majdi bin Amir.

Setelah mendapatkan informasi itu keduanya lalu kembali kepada Rasulullah SAW melaporkan “Wahai Rasulullah, dia tinggal di mata air anu pada hari anu, dan kita tinggal di mata air anu pada hari anu, dia turun di mata air anu pada hari anu sedangkan kita turun di mata air anu, hingga kita bertemu dia di mata air tersebut”

Perhatikanlah bagaimana pasukan perintis dan investigasi ini menggunakan berbagai informasi yang diperolehnya untuk memperkirakan waktu dan tempat pertemuan dengan kafilah, apabila segala sesuatunya berjalan secara normal tanpa ada hal-hal yang insidental. Setelah turun di dekat mata air Badar, Nabi Muhammad SAW ingin mendapatkan berbagai informasi tentang Quraisy, kemudian Nabi SAW bersama Abu Bakar r.a turun menemui seorang tua yang mengetahui berbagai gerakan di wilayah tersebut.

Nabi Muhammad SAW menanyakan kepadanya tentang berita Quraisy dan Muhammad beserta para sahabatnya. Kemudian orang tua itu memberitahukan tempat kedua belah pihak dengan sangat akurat.
Ketika Quraisy mengirimkan pasukannya untuk memerangi kaum Muslimin di Badar, Rasulullah SAW mengutus Ali bin Abi Thalib r.a, Zubair bin Awwam r.a, Sa`ad bin Abi Waqqash r.a dan Basbas bin Amir r.a untuk mencari berbagai berita kaum Musyrikin di mata air, sehingga mereka mendapati sejumlah petugas urusan persediaan air lalu mereka menangkap dan membawa dua orang diantaranya ke kamp kaum Muslimin untuk di interogasi.

Rasulullah SAW sendiri yang menginterogasi kedua orang tersebut sehingga berhasil mendapatkan sejumlah informasi akurat tentang Qurisy baik menyangkut jumlah, peralatan ataupun para pemimpin mereka. Diantara interogasi tersebut adalah :

Nabi Muhammad SAW                  : Berapa jumlah mereka ?

Kedua orang Quraisy                      : Banyak

Nabi Muhammad SAW                  : Apa perlengkapan mereka ?

Kedua orang Quraisy                      : Kami tidak tahu

Nabi Muhammad SAW                  : Berapa ekor unta yang mereka sembelih setiap hari ?

Kedua orang Quraisy                      : Kadang sehari sembilan ekor dan kadang sepuluh

Nabi Muhammad SAW                  : Mereka antara Sembilan ratus dan seribu orang. Siapa saja para pemimpin Quraisy yang ikut ?

Kedua orang Quraisy                      : Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah, Abu Al Bukhturi bin Hisyam dan lima belas tokoh Quraisy lainnya

Kemudian Rasulullah SAW menghadap kepada para sahabatnya seraya berkata “Mekkah telah melemparkan jantung hatinya kepada kalian”

Sejarah mencatat bahwa pemimpin Quraisy Abu Sufyan bin Harb juga dikenal sangat waspada dan hati-hati. Ia mencari berbagai berita tentang kaum Muslimin dan menanyakan gerakan-gerakan mereka, bahkan ia sendiri ikut melacak informasi tentang kaum Muslimin. Sejarah menceritakan kepada kita bahwa Abu Sufyan datang dari Syam dengan terlebih dahulu sampai di mata air Badar.

Dengan penuh waspada ia bertanya kepada orang-orang yang ada di tempat tersebut “Apakah kalian melihat seseorang ?”.

Mereka menjawab “Tidak, kecuali dua orang”.

Abu Sufyan berkata “Tunjukkan aku kepada tempat tambatan kendaraan kedua orang tersebut”.

Kemudian mereka memberitahukannya. Abu Sufyan lalu mengambil tahi binatang dan menghancurkannya sampai dia menemukan biji-bijian. Abu Sufyan berkata “Demi Allah, ini adalah pakan hewan dari Yatsrib”.

Abu Sufyan berhasil mengetahui gerakan-gerakan musuhnya sampai berita tentang ekspedisi investigasi, melalui pakan binatang tunggangannya dan setelah mengamati tahi unta yang ditinggalkannya. Akhirnya ia mengetahui bahwa kedua orang tersebut berasal dari Madinah yakni Kaum Muslimin dan dengan demikian kafilah dagangannya dalam bahaya.

Dari paparan diatas dapat diambil pelajaran bahwa seorang komandan hendaknya menyembunyikan segala sesuatu yang mungkin bisa dijadikan oleh pihak musuh sebagai bahan untuk menyimpulkan informasi. Sesuatu tersebut bisa jadi sangat tidak berharga tetapi hendaknya tidak disepelekan. Di zaman modern musuh bisa mengetahui banyak hal tentang musuhnya apabila diketahui jumlah makanan sehari-hari yang dikonsumsinya. Juga bisa mengambil kesimpulan jika telah diketahui jumlah bahan bakar yang dihabiskan oleh semua kendaraan musuh, sehingga bisa diperkirakan berapa jumlahnya dan apa jenisnya.

Kadang-kadang pasukan menyembunyikan berapa jumlah korban yang dialaminya tetapi ia lupa akan satu sisi yang bisa menjadi indikasinya, misalnya ucapan bela sungkawa di berbagai media massa, sehingga pihak lawan dapat menyimpulkan berapa kerugian yang dialaminya melalui ucapan bela sungkawa tersebut. Dalam hal ini Abu Sufyan benar-benar seorang pemimpin yang patut diingat dengan peristiwa dan kehati-hatiannya.

Demikian pula kaum Muslimin patut mengambil pelajaran dari kasus ini. Setelah menyadari bahwa Rasulullah SAW dan para sahabatnya tengah memburu kafilah dan bisa saja mereka menguasainya dalam sesaat, Abu Sufyan segera mengambil dua langkah strategi.

Pertama, memilih Dhamdham bin Amir Al Ghifari sebagai utusan kepada Quraisy untuk meminta bala bantuan bagi penyelamatan kafilah mereka yang tengah dicegat oleh Muhammad SAW dan para sahabatnya.

Kedua, mengubah jalur perjalanan kafilah yang berkemungkinan telah dicegat oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya menuju kearah pantai laut merah dan berjalan menyelamatkan kafilah melalui jalur Saiful Bahr hingga sampai ke Mekkah.

Dari langkah strategi pertama yang dilakukan Abu Sufyan dapat diambil sebuah pelajaran yang sangat penting, yaitu memilih seseorang yang sesuai untuk tugas yang sesuai. Manusia memiliki sejumlah potensi dan kemampuan yang beraneka ragam, ilmiah, manajemen, kepemimpinan, sosial, peperangan dan lain sebagainya. Seorang pemimpin yang sukses adalah orang yang mengetahui berbagai potensi dan kemampuan prajuritnya kemudian menata dan memfungsikan masing-masing pada posisi yang sesuai dan produktif, yang akan bermanfaat bagi kemaslahatan umum.

Abu Sufyan telah berhasil memilih Dhamdham bin Amir Al Ghifari untuk meminta bala bantuan Quraisy dan menggerakkannya dengan cepat demi melindungi keselamatan kafilah dagang. Lalu Dhamdham bin Amir Al Ghifari melakukan aksi yang menarik perhatian seisi kota Mekkah. Setiap orang yang melihat atau mendengarnya pasti akan terpesona. Ia datang kepada mereka dengan menggeser pelana untanya, memotong hidung untanya, merobek bajunya dari arah depan dan belakang dan masuk Kota Mekkah seraya berteriak lantang “Wahai Kaum Quraisy! Kafilah! Kafilah! Harta kalian yang dibawa Abu Sufyan terancam Muhammad dan para sahabatnya. Aku tidak melihat kecuali kalian harus segera menyusulnya. Selamatkan! Selamatkan!

*Source Kisah Islami 

Tuesday, September 21, 2010

Asal 4 Buah Sungai Di Dalam Syurga

0 comments

Bersabda Rasulullah : “ Semasa aku israk dan naik ke langit yang tinggi, malaikat Jibril telah memberi kesempatan kepada aku untuk melihat ke dalam semua Syurga Allah. Aku lihat didalamnya terdapat 4 buah sungai yang besar-besar dan airnya bermacam-macam. Ada air susu, air madu, air arak dan air yang tidak masin”.

Aku bertanya kepada Jibril : “Wahai Jibril, dari manakah asalnya sungai-sungai ini dan ke manakah akhirnya?

Jibril menjawab “Wahai Rasulullah, aku hanya tahu ia mengalir ke dalam Telaga al-Kausar sahaja dan aku tidak mengetahui dari mana asalnya”

Aku pun memohon petunjuk Allah dan muncullah seorang malaikat dengan memberi salam. Setelah aku menjawab salamnya, dia menyuruh aku memejamkan mataku. Lalu aku memejamkan mata. Apabila aku membuka mata, aku berada dekat sepohon pokok yang besar dibuat daripada permata yang putih berkilauan manakala pintu-pintunya daripada yakut hijau dan kunci-kuncinya daripada emas.

Aku melihat empat batang sungai sedang mengalir dari bawahnya. Aku mahu kembali tetapi ditahan oleh malaikat dengan bertanya, “Tidakkah engkau ingin melihat didalamnya?” 

Aku pun bertanya “Bagaimana aku dapat masuk sedangkan pintunya berkunci? Dimanakah kuncinya?”

Jawab malaikat itu, “Kunci didalam tanganmu”.

Tanyaku lagi “Dimana?.

Jawabnya “ Cukup engkau membaca Bismillahirahmanirrahim”.

Lalu aku pun ucapkan dan pintu terbuka dengan sendirinya dan aku pun masuk ke dalam. Sungguh hebat ciptaan Allah, sungai-sungai itu memancutkan airnya dari empat buah tiang yang besar.

Melihat aku mahu keluar, malaikat bertanya lagi kepadaku “Apakah engkau sudah cukup puas melihat pemandangan ini? Sesungguhnya masih ada yang engkau belum lihat. Cubalah engkau perhatikan sekali lagi dengan baik-baik, dari apakah sungai-sungai itu memancutkan airnya.

Lalu aku pun perhatikan sekali lagi. Aku lihat terdapat kalimah Bismillahirahmanirrahim di antara empat batang tiangnya. Dari huruf mim perkataan Bismillah, keluar air sungai tawar. Dari lubang ha’ perkataan Allah, keluar air sungai susu. Dari lubang huruf mim perkataan ar-rahman, keluar air sungai arak. Dan dari lubang mim dari perkataan ar-rahim, keluar air sungai madu. 

Dari itu, barang siapa dari umatku membaca Bismillahirahmanirrahim, pasti akan dapat minum air sungai ini di akhirat kelak.




Wednesday, September 8, 2010

Pelacur Yang Insaf

0 comments

Al-Malikah adalah seorang Primadona dari Bani Israel. Dia merupakan seorang pelacur kelas tertinggi. Upah khidmatnya mahal yakni 100 dinar setiap kali perkhidmatannya. Dia memang cantik sehinggakan Abid tergila-gilakannya. Sayangnya, Abid seorang yang miskin dan tidak mempunyai wang yang cukup untuk mendapatkan khidmat Al-Malikah.

Disebabkan nafsu Abid yang meluap-luap itu membuatkan hati Abid tergila-gila, dikerah tenaganya untuk mengumpul wang sebanyak yang diperlukan. “Primadona itu harus berada dalam dakapannya,” bisik hati kecilnya.

Dengan berbekalkan 100 dinar, Abid datang menemui Al-Malikah pujaannya. “Silakan masuk,” pelawa Al-Malikah dengan manisnya. Mendengar sapaan pujaannya itu, Abid melangkahkan kakinya masuk ke bilik Al-Malikah. Hari itu nafsu berahinya akan dipenuhi kerana wang sudah berada dalam tangannya.

Akan tetapi, apa yang terjadi tiada siapa yang dapat menduganya. Entah bagaimana tiba-tiba sahaja badan Abid menggeletar. Peluh dinginnya merencik keluar. Malah ketika pelacur itu memeluknya, Abid berusaha melepaskan diri sambil berteriak. “Lepaskan aku, ambillah wang 100 dinar ini,” sambil dia bangkit dari katil pelacur itu.

“Mengapa engkau tiba-tiba menjadi begini?” tanya Al-Malikah. 


“Aku takut kepada azab Allah! Bagaimana nanti aku akan mempertanggungjawabkan perbuatan maksiatku ini?” ujarnya.

Mendengarkan jawapan itu, terpegun Al-Malikah di katilnya. Nuraninya tersentuh oleh sikap lelaki yang berdiri dekatnya. Suatu peristiwa aneh yang tidak pernah dialaminya sebelum ini. Tanpa disedarinya, air matanya mengalir di pipi. Terbayang olehnya sejuta dosa yang menyelubunginya sebagai perempuan murahan lagi hina.


“Aku tertarik kepadamu. Jadikanlah aku isterimu” kata Al-Malikah tersedu-sedu. 

“Tidak! Aku akan meninggalkan tempat ini” jawab Abid. 

“Jangan pergi! kecuali engkau berjanji akan mengahwiniku.”

“Baiklah,” ujar Abid singkat sambil meninggalkan bilik maksiat itu.

Sebaik sahaja Abid meninggalkan bilik, pelacur bernama Al-Malikah ini sudah bertekad akan meninggalkan maksiat itu untuk selama-lamanya. Dia sudah menyesal dan ingin bertaubat. Al-Malikah akhirnya melangkah keluar untuk mencari Abid, lelaki yang telah menyedarkan dirinya dari lumuran dosa dan maksiat. Tekadnya sudah membulat. Dia mesti berkahwin juga dengan Abid yang beriman itu.

Al-Malikah menuju ke negeri tempat tinggal Abid dengan penuh debaran. Sebaliknya setelah bertemu, Abid kelihatan ketakutan. Lantaran ketakutan yang mendadak dan keterlaluan telah menyebabkan Abid pengsan lalu meninggal dunia. Menangislah Al-Malikah menyaksikan lelaki pujaannya meninggal dunia sebelum sempat berkahwin dengannya.

“Gagal berkahwin dengan Abid, dapat saudaranya pun tidak mengapa!” Pinta Al-Malikah dengan dorongan ingin menebus dosanya selama ini.

Seorang teman Abid memberitahu bahawa saudara Abid adalah seorang lelaki yang miskin. Dia khuatir Al-Malikah akan menyesal nanti. 


“Biarlah dia miskin. Aku tetap ingin berkahwin dengannya sebagai memenuhi rasa cintaku terhadap saudaranya,” kata Al-Malikah.

Jadilah Al-Malikah bekas pelacur yang insaf. Dia berkahwin dengan lelaki miskin. Allah telah membuka hati wanita itu dengan taufiq dan hidayahNya. Maka, berbahagialah Al-Malikah seorang bekas Primadona bersama suaminya yang tercinta.

*Source Abang Bercerita.


Tuesday, August 24, 2010

Kesabaran Nabi Muhammad SAW menghadapi Kaum Yahudi

0 comments

Agama Islam yang diajarkan oleh Rasulullah SAW adalah kesimpulan ajaran semua Nabi dan Rasul Allah. Sebab itu maka banyak sekali persamaanya dengan ajaran agama Yahudi  dan Kristen. Di zaman Rasulullah SAW orang Yahudi hidup secara diaspora/menyebar, ada yang tinggal di Arab Saudi terutama di kota Madinah dan Khaibar.

Ketika Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, siasat pertama yang beliau lakukan berdasarkan wahyu Allah adalah mendekati orang-orang Yahudi, sehingga menghasilkan sebuah perjanjian “ Orang-orang Yahudi dan Islam bersama-sama hidup rukun di Madinah menurut ajaran agama masing-masing. Bila Madinah diserang musuh maka orang Yahudi dan Islam bersama-sama mempertahankan. Bila orang Yahudi yang diserang maka orang Islam membela. Begitu juga bila orang Islam yang diserang dari luar maka orang Yahudi harus membela orang Islam”.

Orang-orang Yahudi dalam masa berabad-abad lamanya sudah meramalkan berdasarkan kitab suci mereka bahwa akan bangkit Nabi dan Rasul baru. Tetapi setelah Nabi dan Rasul itu lahir di Mekkah dan pindah ke Madinah dan pengaruh ajarannya bertambah luas maka orang-orang Yahudi merasa iri hati. Lalu mereka sekalipun sudah ada perjanjian senantiasa berusaha agar orang banyak tidak percaya kepada Nabi Muhammad SAW. Bahkan mereka berusaha membendung bahkan mau mmbunuh Nabi SAW dengan segala macam cara khianat. Tetapi segala usaha mereka itu selalu digagalkan Allah dan mereka tetap tidak berputus asa.

Firman Allah di QS Ali Imran ayat 186 “Dan engkau (Muhammad) akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu (orang-orang Yahudi) yang musyrik, gangguan yang banyak dan menyakitkan hati. Jika engkau bersabar dan bertaqwa maka sesungguhnya itu adalah termasuk urusan yang utama”.

Bersabar dan bertaqwa tentu saja tidak berarti membiarkan saja tetapi harus melawan dengan cara yang ditentukan oleh Allah, tidak boleh melewati batas. Berpuluh dan bahkan beratus peristiwa demi peristiwa tentang Kaum Yahudi yang mengejek dan menghina Rasululla SAW dan ajaran beliau, juga mengejek Allah dan mempermainkan kalimat-kalimat Allah dari sejak dahulu di zaman Nabi Musa a.s dan Harun a.s, Daud a.s, Sulaiman a.s, Zakariya a.s, Yahya a.s, lalu Isa a.s.

Turunlah ratusan ayat Al Quran menerangkan dan menjawab ejekan dan tantangan Yahudi itu. Rasulullah SAW dan umat islam menghadapi segala tindakan Yahudi dengan cara yang baik, tetapi harus membalas tindakan kekerasan dengan kekerasan yang setimpal.

Firman Allah SWT QS Al Baqarah ayat 194 “ Barang siapa yang menyerang kamu maka seranglah ia dengan cara yang seimbang dengan serangannya terhadap kamu, dan bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah berpihak kepada orang-orang yang bertaqwa”

Tetapi diantara pendeta-pendeta Yahudi ada yang beriman dan membela Rasulullah Muhammad SAW , diantaranya Hushain dari Bani Tsalabah yang menyerahkan semua kekayaanya untuk perjungan dakwah Islam dan akhirnya ia mati syahid membela Islam dalam perang Uhud. Namanya diganti Rasulullah menjadi Abdullah bin Salam. Keislamannya disembunyikan jangan sampai diketahui oleh orang-orang Yahudi karena akan diuji oleh Rasulullah.

Dan ketika orang-orang Yahudi datang ke rumah Rasulullah Muhammad SAW , beliau bertanya kepada mereka “Apa yang kalian ketahui tentang Hushain bin Salam?”

Mereka menjawab “Ia penghulu kami, anak dari penghulu kami, orang alim kami dan seorang yang paling alim ditengah-tengah kami”

Setelah mereka berkata demikian, Abdullah bin Salam muncul ditengah tengah mereka, kemudian Abdullah bin Salam berseru kepada mereka “Hai Kaum Yahudi, takutlah kamu akan Allah, terimalah apa yang sudah disampaikan kepadamu dari Muhammad, demi Allah tentu kamu tahu bahwa ia (Muhammad) adalah Rasul Allah, bahkan namanya tercantum dalam Kitab Tauratmu begitu juga sifat-sifatnya. Saya sendiri sudah beriman kepadanya”

Baru saja mereka mendengar perkataan Abdullah bin Salam, mereka langsung berkata “Engkau pembohong”

lalu mereka mengejeknya. Mengertilah Rasulullah SAW bagaimana karakter bangsa Yahudi itu sesuai dengan ayat-ayat Al Quran yang diturunkan kemudian. Tetapi ada pula orang-orang Yahudi yang jujur dan mengimani dan membela Rasulullah SAW, diantaranya Said bin Syanah, Tsalabah bin Said, As`ad bin Asad bin Ubaid.

Diantara Kaum Yahudi yang tidak jujur karena kekuatan Rasulullah SAW semakin meluas dan mereka pura-pura masuk Islam yang sebenarnya mau melenyapkan Islam bahkan kalau dapat membunuh Rasulullah. Diantara yang tidak jujur ini ialah As`ad bin Hanif, Said bin Shait dan Says bin Qais. Merekalah yang disebut golongan Munafiqun

*Source Kisah Islami


Ancaman Bagi Yang Menyekutukan Allah

0 comments

Pada suatu hari Rasulullah SAW duduk-duduk di dalam masjid dengan para sahabatnya. Tiba-tiba datanglah Nadhr bin Harits dan duduk dengan mereka. Di dalam majelis itu terdapat beberapa orang Quraisy. Rasulullah SAW mengatakan sesuatu tetapi ditentang oleh Nadhr bin Harits. Lalu Rasulullah SAW pun mengajaknya berbincang sehingga membuat ia tidak berkutik.

Kemudian beliau membacakan ayat yang dialamatkan kepadanya dan kepada mereka:

Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah adalah umpan jahanam, kamu pasti masuk kedalamnya”(QS Al Anbiya ayat 98).

Kemudian Rasulullah SAW berdiri dan beranjak dari tempat itu. Lalu datanglah Abdullah bin Zaba`ri dari Bani Tamim kemudian ikut duduk dengan yang lainnya. Kemudian Walid bin Mughirah berkata kepadanya “Demi Allah, Nadhr bin Harits tidak berdiri karena kedatangan cucu Abdul Muthalib dan tidak pula duduk. Dan Muhammad sunguh-sungguh telah menduga bahwa kami dan semua yang kami jadikan sembahan adalah umpan neraka Jahaman.”

Berkatalah Abdullah bin Zaba`ri “Demi Allah, kalau saja aku mendapatinya pastilah aku akan berdebat dengannya. Tanyakanlah kepada Muhammad, apakah setiap yang disembah selain Allah akan berada di dalam neraka Jahannam bersama orang yang menyembahnya? Kami ini adalah orang-orang yang menyembah para malaikat. Orang-orang Yahudi adalah orang-orang yang menyembah Uzair. Orang-orang Nashrani adalah orang-orang yang menyembah Isa putra Maryam”.

Maka Walid dan orang-orang yang duduk-duduk bersamanya pun kagum terhadap perkataan Abdullah bin Zaba`ri. Dan mereka berpandangan bahwa dia telah mengemukakan alasan yang kuat dan melumpuhkan argumennya. Kemudian hal itu diberitahukan kepada Nabi Muhammad SAW maka bersabdalah beliau:

“Setiap orang yang disembah selain Allah maka dia akan bersama orang yang menyembah kepadanya, karena sesungguhnya mereka itu menyembah setan dan orang yang menyuruh mereka untuk menyembahnya”. Kemudian Allah SWT menurunkan ayat “Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka” (QS Al Anbiya ayat 101) 

Yang dimaksud oleh firman Allah ini adalah Isa, Uzair dan orang-orang yang disembah selain keduanya dari kalangan pendeta dan rahib yang telah menghabiskan umurnya di dalam ketaatan kepada Allah. Kemudian orang-orang yang sesudah mereka menjadikannya sebagai sembahan selain Allah.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abbas r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda “Hai orang-orang Quraisy, tidak ada kebaikan sedikitpun bagi orang yang disembah selain Allah”.

Kemudian mereka mengatakan kepada Ibnu Abbas “Bukankah engkau mengatakan bahwa Isa itu adalah Nabi dan salah seorang hamba Allah yang shaleh, sedangkan dia telah dijadikan sembahan selain Allah?” Kemudian Allah menurunkan ayat” Dan tatkala putra Maryam dijadikan perumpamaan, tiba-tiba kaummu bersorak karenanya”

Dilain hadits Rasulullah SAW bersabda “Tidak ada satu kaum pun yang sesat setelah mereka berada di dalam petunjuk melainkan mereka akan mewariskan perdebatan. “

Kemudian Rasulullah membacakan firman Allah:

“Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar” (HR Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah)

*Source Kisah Islami


Perjuangan Rasulullah SAW

0 comments

Baihaqi memberitakan dari Abdullah bin Ja’far ra. katanya: Apabila Abu Thalib telah meninggal dunia, mulailah Nabi SAW diganggu dan ditentang secara terang-terangan. Satu peristiwa, beliau telah dihadang di jalanan oleh salah seorang pemuda jahat Quraisy, diraupnya tanah dan dilemparkan ke muka beliau, namun beliau tidak membalas apa pun. Apabila beliau tiba di rumah, datang salah seorang puterinya, lalu membersihkan muka beliau dari tanah itu sambil menangis sedih melihat ayahnya diperlakukan orang seperti itu.

Maka berkatalah Rasulullah SAW kepada puterinya itu: ‘Wahai puteriku! Jangan engkau menangis begitu, Allah akan melindungi ayahmu!’ beliau membujuk puterinya itu. Beliau pernah berkata: Sebelum ini memang kaum Quraisy tidak berani membuat sesuatu seperti ini kepadaku, sehinggalah selepas Abu Thalib meninggal dunia, mulailah mereka menggangguku dan mengacau ketenteramanku.

Dalam riwayat yang lain, beliau berkata kepadanya karena menyesali perbuatan jahat kaum Quraisy itu: Wahai paman! Alangkah segeranya mereka menggangguku sesudah engkau hilang dari mataku! (Hilyatul Auliya 8:308; Al-Bidayah Wan-Nihayah 3:134)

Thabarani telah memberitakan dari Al-Harits bin Al-Harits yang menceritakan peristiwa ini, katanya: Apabila aku melihat orang ramai berkumpul di situ, aku pun tergesa-gesa datang ke situ, menarik tangan ayahku yang menuntunku ketika itu, lalu aku bertanya kepada ayahku: ‘Apa sebab orang ramai berkumpul di sini, ayah?’

‘Mereka itu berkumpul untuk mengganggu si pemuda Quraisy yang menukar agama nenek-moyangnya!’ jawab ayahku.

Kami pun berhenti di situ melihat apa yang terjadi. Aku lihat Rasulullah SAW mengajak orang ramai untuk mengesakan Allah SWT dan mempercayai dirinya sebagai Utusan Allah, tetapi aku lihat orang ramai mengejek-ngejek seruannya itu dan mengganggunya dengan berbagai cara sehinggalah sampai waktu tengah hari, maka mulailah orang bubar dari situ. Kemudian aku lihat seorang wanita datang kepada beliau membawa air dan sehelai kain, lalu beliau menyambut tempat air itu dan minum darinya.

Kemudian beliau mengambil wudhuk dari air itu, sedang wanita itu menuang air untuknya, dan ketika itu agak terbuka sedikit pangkal dada wanita itu. Sesudah selesai berwudhuk, beliau lalu mengangkat kepalanya seraya berkata kepada wanita itu: Puteriku! lain kali tutup rapat semua dadamu, dan jangan bimbang tentang ayahmu!

Ada orang bertanya: Siapa dia wanita itu? jawab mereka: Itu Zainab, puterinya – radhiallahu anha. (Majma’uz-Zawa’id 6:21)

Dalam riwayat yang sama dari Manbat Al-Azdi, katanya: Pernah aku melihat Rasulullah SAW di zaman jahiliah, sedang beliau menyeru orang kepada Islam, katanya: ‘Wahai manusia sekaliani Ucapkanlah ‘Laa llaaha lliallaah!’ nanti kamu akan terselamat!’ beliau menyeru berkali-kali kepada siapa saja yang beliau temui.

Malangnya aku lihat, ada orang yang meludahi mukanya, ada yang melempar tanah dan kerikil ke mukanya, ada yang mencaci-makinya, sehingga ke waktu tengah hari. Kemudian aku lihat ada seorang wanita datang kepadanya membawa sebuah kendi air, maka beliau lalu membasuh wajahnya dan tangannya seraya menenangkan perasaan wanita itu dengan berkata: Hai puteriku! Janganlah engkau bimbangkan ayahmu untuk diculik dan dibunuh … !

Berkata Manbat: Aku bertanya: Siapa wanita itu? Jawab orang-orang di situ: Dia itu Zainab, puteri Rasuluilah SAW dan wajahnya sungguh cantik. (Majma’uz Zawa’id 6:21)

Bukhari meriwayatkan dari Urwah r.a. katanya: Aku bertanya Amru bin Al-Ash ra. mengenai apa yang dideritai Nabi SAW ketika beliau berdakwah mengajak orang masuk Islam, kataku: ‘Beritahu aku tentang perbuatan yang paling kejam yang pernah dibuat oleh kaum musyrikin terhadap Rasulullah SAW?

Maka Amru berkata: Ketika Nabi berada di Hijir Ka’bah, tiba-tiba datang Uqbah bin Abu Mu’aith, lalu dibelitkan seutas kain pada tengkuk beliau dan dicekiknya dengan kuat sekali. Maka seketika itu pula datang Abu Bakar ra. lalu diambilnya bahu Uqbah dan ditariknya dengan kuat hingga terlepas tangannya dari tengkuk Nabi SAW itu.

Abu Bakar berkata kepada Uqbah: ‘Apakah engkau hendak membunuh orang yang mengatakan ‘Tuhanku ialah Allah!’ padahal dia telah membawa keterangan dari Tuhan kamu?!’ (Al-Bidayah Wan-Nihayah 3:46)

Suatu riwayat yang dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah, dari Amru bin Al-Ash ra. katanya: Aku tidak pernah melihat kaum Quraisy yang hendak membunuh Nabi SAW seperti yang aku lihat pada suatu hari di bawah lindungan Ka’bah. Mereka bersepakat merencanakan pembunuhan beliau sedang mereka duduk di sisi Ka’bah. Apabila Rasulullah SAW datang dan bersembahyang di Maqam, lalu bangunlah Uqbah bin Abu Mu’aith menuju kepada Rasulullah SAW dan membelitkan kainnya ke tengkuk beliau, lalu disentaknya dengan kuat sekali, sehingga beliau jatuh tersungkur di atas kedua lututnya.

Orang ramai yang berada di situ menjerit, menyangka beliau telah mati karena cekikan keras dari Uqbah itu. Maka ketika itu segeralah Abu Bakar ra. datang dan melepaskan cekikan Uqbah dari Rasulullah SAW itu dari belakangnya, seraya berkata: Apa ini? Adakah engkau hendak membunuh orang yang mengatakan ‘Tuhanku ialah Allah!’

Uqbah pun segera berundur dari tempat Rasulullah SAW itu kembali ke perkumpulan teman-temannya para pemuka Quraisy itu. Rasulullah SAW hanya bersabar saja, tidak mengatakan apa pun. Beliau lalu berdiri sholat, dan sesudah selesai sholatnya dan ketika hendak kembali ke rumahnya, beliau berhenti sebentar di hadapan para pemuka Quraisy itu sambil berkata:

‘Hai kaum Quraisy! Demi jiwa Muhammad yang berada di dalam genggaman Allah! Aku diutus kepada kamu ini untuk menyembelih kamu!’ beliau lalu mengisyaratkan tangannya pada tenggorokannya, yakni beliau rnenjanjikan mereka bahwa mereka akan mati terbunuh.

‘Ah, ini semua omong kosong!’ kata Abu jahal menafikkan ancaman Nabi SAW itu.

‘Ingatlah kataku ini, bahwa engkau salah seorang dari yang akan terbunuh!’ sambil menunjukkan jarinya ke muka Abu jahal. (Kanzul Ummal 2:327)

*Source Kisah Islami


Imam Hasan bin Ali r.a Bercerita Tentang Kakeknya

0 comments

Cucu Rasulullah yaitu Imam Hasan bin Ali r.a pernah menceritakan tentang pribadi kakeknya yang agung, beliau berkata ” Bahwa Rasulullah SAW tidak duduk dalam suatu majelis, atau bangun daripadanya, melainkan Rasulullah SAW berzikir kepada Allah SWT, Rasulullah SAW tidak pernah memilih tempat yang tertentu, dan melarang orang meminta ditempatkan di suatu tempat yang tertentu. Apabila Rasulullah SAW sampai kepada suatu tempat, di situlah Rasulullah SAW duduk sehingga selesai majelis itu dan Rasulullah SAW menyuruh membuat seperti itu.

Bila berhadapan dengan orang ramai diberikan pandangannya kepada semua orang dengan sama rata, sehingga orang-orang yang berada di majelisnya itu merasa tiada seorang pun yang diberikan penghormatan lebih darinya. Bila ada orang yang datang kepadanya kerana sesuatu keperluan, maka Rasulullah SAW terus melayaninya dengan penuh kesabaran sehingga orang itu bangun dan kembali.

Rasulullah SAW tidak pernah menolak orang yang meminta kepadanya sesuatu keperluan, jika ada maka diberikan kepadanya, dan jika tidak ada dijawabnya dengan kata-kata yang tidak mengecewakan hatinya. Budi pekertinya sangat baik, dan perilakunya sungguh bijak. Rasulullah SAW dianggap semua orang seperti ayah, dan mereka dipandang di sisinya semuanya sama dalam hal kebenaran, tidak berat sebelah.

Majelisnya semuanya ramah-tamah, sabar menunggu, amanah, tidak pernah terdengar suara yang tinggi, tidak ada kemaksiatan didalamnya, tidak disebut yang kotor dan buruk, semua orang sama kecuali dengan kelebihan taqwa, semuanya merendah diri, yang tua dihormati yang muda, dan yang muda disayangi yang tua, yang perlu selalu diutamakan, yang asing selalu didahulukan.

Berkata Imam Hasan bin Ali r.a lagi ” Adalah Rasulullah SAW selalu periang orangnya, pekertinya sungguh mulia, selalu berlemah-lembut, tidak keras atau kasar, tidak suka berteriak-teriak, kata-katanya tidak kotor, tidak banyak bergurau atau berkata kosong, segera melupakan apa yang tiada disukainya, tidak pernah mengecewakan orang yang berharap kepadanya, tidak suka menjadikan orang berputus asa. Rasulullah SAW tidak suka mencela orang dan memburukkannya. Rasulullah SAW tidak suka mencari-cari keaiban orang dan tidak berbicara mengenai seseorang kecuali yang mendatangkan faedah dan menghasilkan pahala.

Apabila Rasulullah SAW berbicara, semua orang yang berada dalam majelisnya memperhatikannya dengan tekun seolah-olah burung sedang tertengger di atas kepala mereka. Bila Rasulullah SAWa berhenti berbicara, mereka baru mula berbicara, dan bila dia berbicara pula, semua mereka berdiam seribu basa. Mereka tidak pernah bertengkar di hadapannya. Rasulullah SAW tertawa bila dilihatnya mereka tertawa, dan Rasulullah SAW merasa takjub bila mereka merasa takjub.

Rasulullah SAW selalu bersabar bila didatangi orang badui yang seringkali bersifat kasar dan suka mendesak ketika meminta sesuatu daripadanya tanpa mau mengalah atau menunggu, sehingga terkadang para sahabatnya merasa jengkel dan kurang senang, tetapi Rasulullah SAW tetap menyabarkan mereka dengan berkata: “Jika kamu dapati seseorang yang memerlukan bantuan, hendaklah kamu menolongnya dan jangan menghardiknya!”.

Rasulullah SAW juga tidak mengharapkan pujian dari siapa yang ditolongnya, dan kalau mereka mau memujinya pun, Rasulullah SAW tidak menyuruh untuk berbuat begitu. Rasulullah SAW tidak pernah memotong pembicaraan sesiapa pun sehingga orang itu habis berbicara, lalu barulah Rasulullah SAW berbicara, atau Rasulullah SAW menjauh dari tempat itu.

*Source Kisah Islami


Ummu Hani r.a Yang Penyayang Terhadap Anak-anaknya

0 comments

Dia bernama Fakhitah, seorang wanita dari kalangan bangsawan Quraisy. Putri paman Rasululloh SAW, Abu Thalib bin Abdul Muththalib. Ibunya bernama Fathimah binti Asad. Dia saudari kandung Imam Ali, Aqil dan Ja’far, putra-putra Abu Thalib. Dia begitu mengerti tentang agungnya hak seorang suami. Dia pun mengerti tentang hak anak-anak yang ditinggalkan suaminya dalam asuhannya. Dia tak ingin menyia-nyiakan satu pun dari keduanya, hingga dia dapatkan pujian yang begitu mulia,

“Sebaik-baik wanita penunggang unta adalah wanita Quraisy, sangat penyayang terhadap anak-anaknya.”

Semasa belum masuk Islam, Rasululloh SAW pernah meminangnya. Pada saat bersamaan, seorang pemuda bernama Hubairah bin Abi Wahb Al-Makhzumi pun meminangnya pula. Abu Thalib menjatuhkan pilihannya pada Hubairah hingga akhirnya Abu Thalib menikahkan Hubairah dengan putrinya. Dari pernikahan ini, lahirlah putra-putra Hubairah, di antaranya Ja’dah bin Hubairah yang kelak di kemudian hari diangkat Ali bin Abi Thalib r.a ketika menjabat sebagai khalifah sebagai gubernur di negeri Khurasan. Putra-putra yang lainnya adalah Amr, namun putranya ini meninggal ketika masih kecil, serta Hani` dan Yusuf.

Namun pada akhirnya, Islam memisahkan mereka berdua. Ketika Allah SWT membukakan negeri Makkah bagi Rasulullah SAW dan manusia berbondong-bondong masuk Islam, Ummu Hani r.a pun berislam bersama yang lainnya. Mendengar berita keislaman Ummu Hani`, Hubairah pun melarikan diri ke Najran.
Pada hari pembukaan negeri Makkah itu, ada dua kerabat suami Ummu Hani dari Bani Makhzum, Al-Harits bin Hisyam dan Zuhair bin Abi Umayyah bin Al-Mughirah, datang kepada Ummu Hani untuk meminta perlindungan.

Waktu itu datang pula ‘Ali bin Abi Thalib r.a menemui Ummu Hani sambil mengatakan, “Demi Allah, aku akan membunuh dua orang tadi!” Ummu Hani pun menutup pintu rumahnya dan bergegas menemui Rasululloh SAW.

Saat itu Rasulullah SAW tengah mandi, ditutup oleh putri beliau, Fathimah r.a dengan kain. Ummu Hani pun mengucapkan salam, hingga Rasululloh SAW bertanya, “Siapa itu?”

“Saya Ummu Hani putri Abu Thalib,” jawab Ummu Hani`.

Rasulullah SAW pun menyambutnya, “Marhaban, wahai Ummu Hani`!”

Lalu Ummu Hani mengadu kepada Rasulullah SAW tentang kedatangan dua kerabat suaminya untuk meminta perlindungan kepadanya sementara Ali berkeinginan membunuh mereka. Maka beliau pun menjawab, “Aku melindungi orang yang ada dalam perlindunganmu dan memberi jaminan keamanan pada orang yang ada dalam jaminan keamananmu.” Usai mandi, Rasulullah SAW menunaikan shalat delapan rakaat. Waktu itu adalah waktu dhuha.

Setelah Ummu Hani berpisah dari suaminya karena keimanan, Rasulullah SAW datang untuk meminang Ummu Hani`. Namun dengan halus Ummu Hani menolak, “Sesungguhnya aku ini seorang ibu dari anak-anak yang membutuhkan perhatian yang menyita banyak waktu. Sementara aku mengetahui betapa besar hak suami. Aku khawatir tidak akan mampu untuk menunaikan hak-hak suami.”

Maka Rasulullah SAW mengurungkan niatnya. Beliau mengatakan, “Sebaik-baik wanita penunggang unta adalah wanita Quraisy, sangat penyayang terhadap anak-anaknya.”

Ummu Hani r.a meriwayatkan hadits-hadits dari Rasulullah SAW yang hingga saat ini termaktub dalam Al-Kutubus Sittah. Dia pun menyebarkan ilmu yang telah dia peroleh hingga saat akhir kehidupannya, jauh setelah masa khilafah saudaranya, Imam Ali bin Abi Thalib r.a, pada tahun ke-50 H. Ummu Hani r.a semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala meridhainya. Al-Bidayah wan Nihayah

*Source Kisah Islami


Wanita Bangsawan Dengan Kemulian Sejati

0 comments

Khalifah Umar bin Abdul Aziz memiliki seorang istri dari kalangan bangsawan yang bernama Fathimah binti Abdul Malik. Fathimah adalah seorang putri Khalifah terdahulu. Fathimah memiliki perhiasan yang paling mahal. Perhiasan itu tidak pernah dimiliki oleh wanita lain di muka bumi. Di antara perhiasan-perhiasan itu, ada dua anting-anting mariyah yang terkenal dalam sejarah.

Para penyair pun menyebut perhiasan itu dalam syairnya. Seandainya anting-anting itu dijual, maka akan cukup untuk mengenyangkan satu suku yang besar. Ketika tinggal bersama ayahnya, Fathimah hidup dalam kemewahan dunia. Namun ketika menjadi istri Khalifah Umar bin Abdul Aziz, beliau hidup dengan sederhana. Khalifah memberikan nafkah hanya beberapa dirham dalam sehari. Fathimah rela dengan hal itu dan gembira hidup qonaah, hidup apa adanya dan senang dengan kesederhanaan.

Kholifah Umar bin Abdul Aziz selalu menasehati istrinya untuk banyak bershodaqoh. Fathimah binti Abdul Malik adalah istri yang taat, dia mematuhi nasehat suaminya. Semua perhiasan dan mutiara yang dibawanya diserahkan ke baitul mal kaum muslimin. Demikianlah kemulian sejati yang dimilikinya, dia tetap hidup sederhana walaupun mampu hidup mewah. Hidup sederhana tidaklah mengurangi kemuliaan dirinya. Wallahu ‘alam Bishshowab.

*Source Kisah Islami


Mangkuk yang Cantik, Madu yang Manis dan Sehelai Rambut

0 comments

Rasulullah SAW dengan sahabat-sahabatnya Abu Bakar Ash Shiddiq r.a., Umar bin Khattab r.a., Utsman bin Affan r.a., dan ‘Ali bin Abi Thalib r.a. bertamu ke rumah Ali r.a. Di rumah Ali r.a. istrinya Fathimah Az Zahra r.ha. putri kesayangan Rasulullah SAW menghidangkan untuk mereka madu yang diletakkan di dalam sebuah mangkuk yang cantik, dan ketika semangkuk madu itu dihidangkan sehelai rambut ikut di dalam mangkuk itu.

Baginda Rasulullah SAW kemudian meminta kesemua sahabatnya untuk membuat suatu perbandingan terhadap ketiga benda tersebut (Mangkuk yang cantik, madu yang manis, dan sehelai rambut).

Abu Bakar Ash Shiddiq r.a berkata, “iman itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, orang yang beriman itu lebih manis dari madu, dan mempertahankan iman itu lebih susah dari meniti sehelai rambut”.

Umar bin Khattab r.a berkata, “kerajaan itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, seorang raja itu lebih manis dari madu, dan memerintah dengan adil itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut”.

Utsman bin Affan r.a. berkata, “ilmu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, orang yang menuntut ilmu itu lebih manis dari madu, dan ber’amal dengan ilmu yang dimiliki itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut”.

Ali bin Abi Thalib r.a berkata, “tamu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, menjamu tamu itu lebih manis dari madu, dan membuat tamu senang sampai kembali pulang ke rumahnya adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut”.

Fathimah Az Zahra r.ha. berkata, “seorang wanita itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik, wanita yang ber-purdah itu lebih manis dari madu, dan mendapatkan seorang wanita yang tak pernah dilihat orang lain kecuali muhrimnya lebih sulit dari meniti sehelai rambut”.

Rasulullah SAW berkata, “seorang yang mendapat taufiq untuk beramal adalah lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, beramal dengan amal yang baik itu lebih manis dari madu, dan berbuat amal dengan ikhlas adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut”.

Malaikat Jibril AS berkata, “menegakkan pilar-pilar agama itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik, menyerahkan diri, harta, dan waktu untuk usaha agama lebih manis dari madu, dan mempertahankan usaha agama sampai akhir hayat lebih sulit dari meniti sehelai rambut”.

Allah SWT berfirman, ” Sorga-Ku itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik itu, nikmat sorga-Ku itu lebih manis dari madu, dan jalan menuju sorga-Ku adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut”.

*Source Kisah Islami


Sosok Abdurrahman bin Auf

0 comments
Makam Abdurrahman bin Auf

Abdurrahman bin Auf termasuk generasi awal yang awal-awal masuk Islam. Biasa kita kenal dengan sebutan Assabiqunal Awwalun. Beliau seorang saudagar yang sukses dan kaya raya. Tumbuh sebagai pemuda yang cerdas dan matang maka Abdurrahman bin Auf makin sedih melihat perbuatan jahiliyah yang terjadi di tengah-tengah masyarakat kota Mekkah.

Dia tidak pernah meminum khamar karena beranggapan bahwa minuman keras itu adalah barang raham yang tidak boleh didekati. AbdurRahman Bin Auf telah memeluk Islam sebelum Rasulullah s.a.w membuat halaqah di rumah Arqam.

Diriwayatkan bahwa ibu AbdurRahman Bin Auf sesudah mengetahui bahwa anaknya memeluk Islam, iapun berkata kepada anaknya, “Aku akan berjemur dipanas matahari yang terik di waktu siang dan di waktu malam yang dingin aku akan tidur hamparan padang pasir, sehingga engkau mengaku akan kembali kepada agama nenek moyangmu.” Demikian ibunya mengancam.

Walaupun begitu Abdul Rahman Bin Auf tetap tegak memeluk Dinullah dan mencintai Rasulullah S.A.W. Adapun nama asal AbdurRahman sebelum beliau memeluk Islam ialah Abdul Ka’abah, tetapi setelah Islam beliau menukar namanya dengan AbdurRahman. Sebagai seorang sahabat Rasulullah SAW, AbdurRahman mempunyai satu keistimewaan yang khas yaitu berjuang untuk menegakkan agama Allah bukan saja dengan pedangnya bahkan dengan harta dan kekayaannya.

Diantara para sahabat, beliau salah satunya yang banyak sekali mengorbankan kekayaannya untuk memperjuangkan kepentingan Islam. AbdurRahman pernah membagi dua kekayaannya untuk dibagikan kepada fakir miskin dan pernah pula menyerahkan seluruh kekayaannya untuk keperluan sabilillah demi menegakkan panji-panji Islam.

*Source Kisah Islami


Surat Sang Khalifah untuk Sang Gubernur

0 comments

Pernah suatu ketika salah seorang anak Khalifah Umar bin Khattab yang tinggal di Mesir kedapatan minum arak. Anak itu bernama Abdurrahman bin Umar bin Khattab. Sang Khalifah telah menerima laporan itu. Kemudian Khalifah Umar meminta gubernur Mesir Amru bin Ash untuk melaksanakan hukuman atas anaknya.

Namun Amru bin Ash merasa serba salah disebabkan karena ia adalah anak Sang Khalifah. Kemudian ia menjatuhkan hukuman sedikit berbeda  yaitu mencukur kepalanya dan dilakukan secara tertutup di rumahnya. Padahal hukuman yang berlaku saat itu adalah mencukur kepala sang pelaku di depan umum dan di sebut namanya didepan umum di tengah-tengah masyarakat.

Perihal perlakuan yang berbeda ini sampai terdengar oleh Sang Khalifah. Geram Khalifah Umar kepada sang gubernur, kemudian ia mengirim sepucuk surat berbunyi “Engkau telah mencukur kepala Abdurrahman di dalam rumahmu dan kamu tahu bahwa itu bertentangan dengan apa yang aku harapkan tentang hukuman yang seharusnya berlaku atas anak itu. Abdurrahman adalah salah seorang anakku yang berada di bawah tanggung jawabku, dan kamu beralasan dengan mengatakan bahwa ia anak khalifah sedangkan kamu tahu bahwa aku tidak akan mentolerir dengan siapapun dalam melaksanakan amanah Allah SWT”

*Source Kisah Islami


Nasihat Wanita yang Aduannya Di Dengar oleh Allah

0 comments

Wanita Sahabiyah yang fasih dan pandai ini pernah menghentikan perjalanan Amirul Mukminin Umar bin Khattab r.a. Wanita ini bernama Khaulah binti Tsa’labah, ia berkata,

“Wahai Umar aku telah mengenalmu sejak namamu dahulu masih Umair (Umar kecil) tatkala engkau berada di pasar Ukazh engkau mengembala kambing dengan tongkatmu, kemudian berlalulah hari demi hari sehingga memiliki nama Amirul Mukminin, maka bertakwalah kepada Allah perihal rakyatmu, ketahuilah barangsiapa yang takut akan siksa Allah maka yang jauh akan menjadi dekat dengannya dan barangsiapa yang takut mati maka dia kan takut kehilangan dan barangsiapa yang yakin akan adanya hisab maka dia takut terhadap Adzab Allah.”

Beliau katakan hal itu sementara Amirul Mukminin berdiri sambil menundukkan kepalanya dan mendengar perkataannya. Akan tetapi Jarud Al Abdi yang menyertai Umar bin Khaththab tidak tahan mengatakan kepada Khaulah, “Engkau telah berbicara banyak kepada Amirul Mukminin wahai wanita.!”

Umar kemudian menegurnya, “Biarkan dia…tahukah kamu siapakah dia? Beliau adalah Khaulah yang Allah mendengarkan aduannya dari langit yang ketujuh, maka Umar lebih berhak untuk mendengarkan perkataannya. “

Dalam riwayat lain Umar bin Khaththab berkata, “Demi Allah seandainya beliau tidak menyudahi nasehatnya kepadaku hingga malam hari maka aku tidak akan menyudahinya sehingga beliau selesaikan apa yang dia kehendaki, kecuali jika telah datang waktu shalat maka aku akan mengerjakan shalat kemudian kembali mendengarkannya sehingga selesai keperluannya.”

*Source Kisah Islami


Saturday, August 21, 2010

Warna Warni Hadis

0 comments










Friday, August 20, 2010

Islamnnya Sohaib

0 comments

Sohaib dan Ammar memeluk Islam pada waktu yang sama. Pada masa itu Nabi Muhammad s.a.w. tinggal ditempat kediaman Arqam. Mereka datang secaraberasingan untuk memeluk agama Islam dan telah bertemu dipintu rumah  Arqam.Sohaib seperti Ammar telah menderita akibat penyiksaan yang diterima ditangan pemusuh-pemusuh Islam. Akhirnya dia memutuskan hendak berhijrah ke Madinah.Kafir-kafir Quraish tidak mahu dia berbuat demikian lantas menghantar suatu gerombolan untuk memaksanya balik ke Mekah.

Sebaik-baik sahaja kafir-kafir musyrikin itu mendekatinya, dia memekik kepada mereka: "Kamu semua tahu yang aku ini pemanah yang lebih handal daripada kamu. Selagi ada anak panah pada ku selama itulah kamu tidak dapat menghampiri aku. Apabila habis anak panah ku aku akan menggunakan pedang aku pula. Kalau kamu suka pergilah ambil wangku yang kutinggalkan di Mekah dan dua orang sahaya perempuanku sebagai penebusan diriku."
 
Mereka bersetuju. Dia pun memberitahu tempat dimana wang nya disimpan.Selepas itu dia meneruskan perjalanannya ke Madinah. Berkenaan dengan perbuatan Sohaib ini Allah s.w.t. telah menurunkan ayat yangberikut kepada Nabi Muhammad s.a.w. yang bermaksud:

"Dan dari antara manusia ada yang menjual dirinya kerana hendak mencari keridhaan Allahdan Allahitu amat penyayang kepada hamba-hambaNya."

Pada ketika menerima ayat ini NabiMuhammad s.a.w.. berada di Qubo. Apabila dilihatnya Sohaib, Baginda s.a.w. pun berkata: "Penjualan yang baik sungguh, Sohaib."


*Source Tanbihul_Ghafilin


ShareThis

 

Kisah Kisah Islam Copyright © 2011 | Template created by O Pregador | Powered by Blogger