skip to main | skip to sidebar


Friday, September 24, 2010

Intelejen Dalam Perang Badar


Perang Badar merupakan “purnama” dalam sejarah kemanusiaan yang menerangi jalan para penempuh jalan. Perang Badar merupakan “purnama” yang bersinar di langit dan dirayakan oleh para malaikat. Perang Badar merupakan “purnama” di bumi dan di kalangan para penduduknya.

Orang-orang yang ikut berperang benar-benar menjadi purnama yang cahayanya menerangi seluruh sisi kehidupan mereka. Perang Badar merupakan “purnama” dalam sejarah berbagai pembebasan militer. Bintang-bintangnya menerangi dengan berbagai pelajaran dan hikmah mereka. Perang Badar merupakan “purnama” dan garis pemisah antara kebenaran dan kebatilan. Juga menjadi mahkota kebanggaan di atas kepala zaman dan kepala setiap pahlawan Islam yang ikut serta di dalamnya. Di dalam masyarakat Islam tidak ada seorang pun yang dapat mengungguli keutamaan para mujahidin Badar.
 
Perang Badar dinilai sangat signifikan dalam aspek sejarah, kemiliteran, politik dan pemikiran karena ia merupakan pertarungan bersenjata yang pertama kali terjadi antara pembela kebenaran dengan pembela kebatilan. Pertarungan ini dinilai sangat menentukan karena di dalam pertarungan inilah ditentukan nasib Kaum Mukminin dan kaum kafir. Salah satu pernyataan Rasulullah SAW tentang peperangan ini mengisyaratkan urgensi pertempuran ini seandainya kaum Musyrikin berhasil mengalahkan kaum Mukminin. Nabi Muhammad SAW mengungkapkan doa dan munajat kepada Allah, memohon kemenangan yang dijanjikanNya

“Ya Allah, jika Engkau suka, Engkau tidak akan disembah setelah hari ini”

Bila kita membaca sirah Nabi SAW di dalam perang Badar dan semua peperangan yang pernah dilakukannya, pasti akan mengetahui betapa besar perhatian Nabi Muhammad SAW terhadap langkah intelejen untuk mendapatkan berbagai informasi tentang musuhnya dan perhitungan yang cermat terhadap semua gerak dan diam yang ditunjukkan oleh musuh. Oleh sebab itu Rasulullah SAW mengutus sejumlah pasukan kecil untuk menginvestigasi dan mengintai pasukan musuh. Biasanya sebelum keberangkatan pasukan, Nabi Muhammad SAW memberangkatkan satu pasukan kecil yang bertugas menjelajahi wilayah di depannya, sebagai langkah antisipasi terhadap serangan rahasia atau menghindari pengintaian dan pelacakan.

Dalam peperangan ini Rasulullah SAW menugaskan dua orang sahabat, Basbas bin Amir r.a dan Ady bin Abu Za`ba r.a untuk mencari informasi tentang Abu Sufyan hingga mendapatkan informasi tentang tempat keberadaannya. Keduanya mendengar informasi tersebut dari dua orang wanita dan dibenarkan oleh seorang tua bernama Majdi bin Amir.

Setelah mendapatkan informasi itu keduanya lalu kembali kepada Rasulullah SAW melaporkan “Wahai Rasulullah, dia tinggal di mata air anu pada hari anu, dan kita tinggal di mata air anu pada hari anu, dia turun di mata air anu pada hari anu sedangkan kita turun di mata air anu, hingga kita bertemu dia di mata air tersebut”

Perhatikanlah bagaimana pasukan perintis dan investigasi ini menggunakan berbagai informasi yang diperolehnya untuk memperkirakan waktu dan tempat pertemuan dengan kafilah, apabila segala sesuatunya berjalan secara normal tanpa ada hal-hal yang insidental. Setelah turun di dekat mata air Badar, Nabi Muhammad SAW ingin mendapatkan berbagai informasi tentang Quraisy, kemudian Nabi SAW bersama Abu Bakar r.a turun menemui seorang tua yang mengetahui berbagai gerakan di wilayah tersebut.

Nabi Muhammad SAW menanyakan kepadanya tentang berita Quraisy dan Muhammad beserta para sahabatnya. Kemudian orang tua itu memberitahukan tempat kedua belah pihak dengan sangat akurat.
Ketika Quraisy mengirimkan pasukannya untuk memerangi kaum Muslimin di Badar, Rasulullah SAW mengutus Ali bin Abi Thalib r.a, Zubair bin Awwam r.a, Sa`ad bin Abi Waqqash r.a dan Basbas bin Amir r.a untuk mencari berbagai berita kaum Musyrikin di mata air, sehingga mereka mendapati sejumlah petugas urusan persediaan air lalu mereka menangkap dan membawa dua orang diantaranya ke kamp kaum Muslimin untuk di interogasi.

Rasulullah SAW sendiri yang menginterogasi kedua orang tersebut sehingga berhasil mendapatkan sejumlah informasi akurat tentang Qurisy baik menyangkut jumlah, peralatan ataupun para pemimpin mereka. Diantara interogasi tersebut adalah :

Nabi Muhammad SAW                  : Berapa jumlah mereka ?

Kedua orang Quraisy                      : Banyak

Nabi Muhammad SAW                  : Apa perlengkapan mereka ?

Kedua orang Quraisy                      : Kami tidak tahu

Nabi Muhammad SAW                  : Berapa ekor unta yang mereka sembelih setiap hari ?

Kedua orang Quraisy                      : Kadang sehari sembilan ekor dan kadang sepuluh

Nabi Muhammad SAW                  : Mereka antara Sembilan ratus dan seribu orang. Siapa saja para pemimpin Quraisy yang ikut ?

Kedua orang Quraisy                      : Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah, Abu Al Bukhturi bin Hisyam dan lima belas tokoh Quraisy lainnya

Kemudian Rasulullah SAW menghadap kepada para sahabatnya seraya berkata “Mekkah telah melemparkan jantung hatinya kepada kalian”

Sejarah mencatat bahwa pemimpin Quraisy Abu Sufyan bin Harb juga dikenal sangat waspada dan hati-hati. Ia mencari berbagai berita tentang kaum Muslimin dan menanyakan gerakan-gerakan mereka, bahkan ia sendiri ikut melacak informasi tentang kaum Muslimin. Sejarah menceritakan kepada kita bahwa Abu Sufyan datang dari Syam dengan terlebih dahulu sampai di mata air Badar.

Dengan penuh waspada ia bertanya kepada orang-orang yang ada di tempat tersebut “Apakah kalian melihat seseorang ?”.

Mereka menjawab “Tidak, kecuali dua orang”.

Abu Sufyan berkata “Tunjukkan aku kepada tempat tambatan kendaraan kedua orang tersebut”.

Kemudian mereka memberitahukannya. Abu Sufyan lalu mengambil tahi binatang dan menghancurkannya sampai dia menemukan biji-bijian. Abu Sufyan berkata “Demi Allah, ini adalah pakan hewan dari Yatsrib”.

Abu Sufyan berhasil mengetahui gerakan-gerakan musuhnya sampai berita tentang ekspedisi investigasi, melalui pakan binatang tunggangannya dan setelah mengamati tahi unta yang ditinggalkannya. Akhirnya ia mengetahui bahwa kedua orang tersebut berasal dari Madinah yakni Kaum Muslimin dan dengan demikian kafilah dagangannya dalam bahaya.

Dari paparan diatas dapat diambil pelajaran bahwa seorang komandan hendaknya menyembunyikan segala sesuatu yang mungkin bisa dijadikan oleh pihak musuh sebagai bahan untuk menyimpulkan informasi. Sesuatu tersebut bisa jadi sangat tidak berharga tetapi hendaknya tidak disepelekan. Di zaman modern musuh bisa mengetahui banyak hal tentang musuhnya apabila diketahui jumlah makanan sehari-hari yang dikonsumsinya. Juga bisa mengambil kesimpulan jika telah diketahui jumlah bahan bakar yang dihabiskan oleh semua kendaraan musuh, sehingga bisa diperkirakan berapa jumlahnya dan apa jenisnya.

Kadang-kadang pasukan menyembunyikan berapa jumlah korban yang dialaminya tetapi ia lupa akan satu sisi yang bisa menjadi indikasinya, misalnya ucapan bela sungkawa di berbagai media massa, sehingga pihak lawan dapat menyimpulkan berapa kerugian yang dialaminya melalui ucapan bela sungkawa tersebut. Dalam hal ini Abu Sufyan benar-benar seorang pemimpin yang patut diingat dengan peristiwa dan kehati-hatiannya.

Demikian pula kaum Muslimin patut mengambil pelajaran dari kasus ini. Setelah menyadari bahwa Rasulullah SAW dan para sahabatnya tengah memburu kafilah dan bisa saja mereka menguasainya dalam sesaat, Abu Sufyan segera mengambil dua langkah strategi.

Pertama, memilih Dhamdham bin Amir Al Ghifari sebagai utusan kepada Quraisy untuk meminta bala bantuan bagi penyelamatan kafilah mereka yang tengah dicegat oleh Muhammad SAW dan para sahabatnya.

Kedua, mengubah jalur perjalanan kafilah yang berkemungkinan telah dicegat oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya menuju kearah pantai laut merah dan berjalan menyelamatkan kafilah melalui jalur Saiful Bahr hingga sampai ke Mekkah.

Dari langkah strategi pertama yang dilakukan Abu Sufyan dapat diambil sebuah pelajaran yang sangat penting, yaitu memilih seseorang yang sesuai untuk tugas yang sesuai. Manusia memiliki sejumlah potensi dan kemampuan yang beraneka ragam, ilmiah, manajemen, kepemimpinan, sosial, peperangan dan lain sebagainya. Seorang pemimpin yang sukses adalah orang yang mengetahui berbagai potensi dan kemampuan prajuritnya kemudian menata dan memfungsikan masing-masing pada posisi yang sesuai dan produktif, yang akan bermanfaat bagi kemaslahatan umum.

Abu Sufyan telah berhasil memilih Dhamdham bin Amir Al Ghifari untuk meminta bala bantuan Quraisy dan menggerakkannya dengan cepat demi melindungi keselamatan kafilah dagang. Lalu Dhamdham bin Amir Al Ghifari melakukan aksi yang menarik perhatian seisi kota Mekkah. Setiap orang yang melihat atau mendengarnya pasti akan terpesona. Ia datang kepada mereka dengan menggeser pelana untanya, memotong hidung untanya, merobek bajunya dari arah depan dan belakang dan masuk Kota Mekkah seraya berteriak lantang “Wahai Kaum Quraisy! Kafilah! Kafilah! Harta kalian yang dibawa Abu Sufyan terancam Muhammad dan para sahabatnya. Aku tidak melihat kecuali kalian harus segera menyusulnya. Selamatkan! Selamatkan!

*Source Kisah Islami 

0 comments:

Post a Comment

ShareThis

 

Kisah Kisah Islam Copyright © 2011 | Template created by O Pregador | Powered by Blogger